Apa dan Siapa itu Mujtahid?
Apa dan Siapa itu Mujtahid, siapakan yang boleh diikuti Ijtihadnya?
الْمُجْتَهِدُ هُوَالْمُحِيْطُ بِمُعْظَمِ قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ وَنُصُوْصِهَا الْمُمَارِسِ لَهَا بِحَيْثُ اكْتَسَبَ قُوَّةً يَفْهَمُ بِهَا مَقْصُوْدَ الشَّارِعِ. وَالْمُجْتَهِدُوْنَ كَثِيْرُوْنَ وَالْمُجْتَهِدُوْنَ الَّذِيْنَ اِسْتَقَرَّالرَّأْىُ عَلَى اتِّبَاعِهِمْ وَالْاَخْذُ بِقَوْلِهِمْ اَرْبَعَةٌ وَهُوَ اَبُوحَنِيْفَةَ النُّعْمَانُ اَبْنُ ثَابِتِ وَمَالِكُ بْنُ اَنَسٍ وَمُحَمَّدُبْنُ اِدْرِيْسَ الشَّافِعِىُّ. وَاَحْمَدُبْنُ حَنْبَلٍ رَضَى اللهُ عَنْهُمْ وَاِنَّمَا اِخْتَارَ الْعُلَمَاءُ تَقْلِيْدَ هَؤُ لَاءِالْاَرْبَعَةِ دُوْنَ غَيْرِهِمْ مِمَّنْ بَلَغَ دَرَجَةَ الْاِجْتِهَادِ لِكَثرَةِ مَا اسْتَنْبَطُوْهُ مِنَ الْمَسَائِلِ بِسَبَبِ تَفَرُّغِهِمْ لِذَلِكَ حَتَّى نَدَرَةِ الْقَضَايَا الَّتِىْ لَمْ يُبْيِّنُوْا حُكْمَهَا وَلِنَقْلِ مَذَاهِبِهِمْ اِلَيْنَا بِطَرِيْقِ التَّوَاَتُرِ, فَيَنَبْغِىَ تَقْلِيْدُ وَاحِدٍ مُعَيَّنٍ مِنْهُمْ اِلَّا لِلضَّرُوْرَةِ وَاِلَّا فَرُبَّمَا اَدَّى اِلَى تَلْفِيْقٍ يُخْرِجُ عَنْ سَوَاءِ الطَّرِيْقِ.
Mujtahid adalah seseorang yang sangat memahami kaidah-kaidah syariat dan dalil-dalilnya dan biasa memikirkan dengan mendalam keduanya sehingga menghasilkan pemahaman yang kuat tentang apa yang dimaksud oleh pembuat syariat (Allah). Adapun Ulama Mujtahid itu ada banyak sekali. Dan Mujtahid yang pendapatnya layak untuk diikuti serta boleh diambil kesimpulan pendapat nya ada empat.
Mereka adalah :
- Abu Hanifah Nu`man Bin Tsabit (Imam Hanafi),
- Malik Bin Anas (Imam Malik),
- Muhammad Bin Idris As Syaafi'i (Imam Syafi`i)
- Ahmad Bin Hanbal (Imam Hanbali)
Semoga Allah meridloi mereka semua. Sesungguhnya alasan para Ulama memilih untuk mengikuti mereka bukan selain keempatnya - meski telah mencapai derajat mujtahid - adalah karena banyaknya kesimpulan hukum yang telah mereka ambil dalam masalah-masalah agama karena mereka telah mencurahkan tenaganya untuk memikirkan masalah-masalah tersebut, sehingga jarang ada permasalahan yang tidak disebutkan hukumnya.
Selain itu juga karena pendapat madzhab mereka telah sampai kepada kita secara sambung menyambung (mutawattir), maka hendaknya kita mengikuti pendapat salah satu dari empat mujtahid tersebut, kecuali untuk kondisi darurat, jika tidak demikian maka kita bisa jatuh dalam talfiq (mencampur adukkan hukum dari beberapa madzhab dalam satu masalah), dan akhirnya hal itu tidak sesuai dengan satupun pendapat empat Ulama di atas.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan