Tiga Tujuan orang Menimba Ilmu
Sahabat Pembaca SantriLampung Rohimakumullah, di dalam kitab bidayatul Hidayah karya Hujjatul Islam Imam Ghazali beliau menjelaskan bahwa ada tiga jenis tujuan orang dalam menimba ilmu, dan dari tujuan masing-masing akan menentukan nasib dari sipencari ilmu itu sendiri.
Selamat membaca semoga dapat jadi bekal dalam memperbaiki niat dalam belajar atau mengaji.
Pertama : Seseorang yang menuntut ilmu guna dijadikan bekal untuk akhirat, dimana ia hanya ingin mengharap ridha Allah, dan menghendaki kehidupan akhirat yang baik. Ini termasuk golongan yang beruntung.
Kedua : Seseorang yang menuntut ilmu guna dimanfaatkan dalam kehidupannya di dunia. Sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan, kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa niatnya keliru. Orang ini termasuk ke dalam kelompok yang berisiko, jika ajalnya tiba sebelum sempat bertobat. Tapi jika ia sempat bertobat sebelum ajal tiba, lalu berilmu dan beramal dengan memperbaiki niatnya, maka ia akan masuk golongan orang yang beruntung.
Ketiga : Seseorang yang terperdaya setan. Ia pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta, serta untuk berbangga dengan kedudukannya dan menyombongkan diri dengan banyaknya jumlah pengikut. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih tujuan duniawi. Namun ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai derajat di sisi Allah karena ciri-cirinya dan kepandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia.
Orang pada golongan yang ketiga ialah orang yang merugi. Ia termasuk yang disebutkan Rasulullah: “Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang Dajjal.” Kemudian beliau ditanya, “Apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ulama su’ (buruk) yakni ulama' yang buruk lagi sesat.”
Sebab, Dajjal memang bertujuan untuk menyesatkan, sedangkan ulama ini, walaupun lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi tidak tercermin pada amal perbuatannya.
Padahal, tindakan lebih berbekas dibandingkan ucapan. Manusia lebih terpengaruh oleh apa yang dilihat pada sikap dan tindakan ketimbang apa yang diucapkan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tindakan jauh lebih besar daripada perbaikan yang disebabkan oleh ucapan itu artinya pengaruh perilaku lebih kuat ketimbang pengaruh ucapan. Lisanul hal afshahu min lisanil maqal.
Praktik itu lebih mantap daripada hanya sekadar teori belaka. Menurut Falsafah Jawa: "Sing menang sing ngelakoni"
Itulah mengapa Rasulullah SAW menjadi uswatun hasanah tersebab akhlaknya dalam konsep perilaku. Selaras antara perkataan dan perbuatan. Beliau melakukan apa yang beliau sampaikan, bahkan sering kali melakukan terlebih dahulu sebelum menyampaikannya.
Sementara itu orang bodoh tidak akan berani mencintai dunia jika tidak diberi contoh oleh ulama su'. Ilmu yang dimilikinya, menjadi faktor yang menyebabkan ia berani bermaksiat pada-Nya. Ia dikelabui nafsunya, tapi masih terus saja memberi angan-angan. Bahkan, ia mengajaknya mendermakan sesuatu untuk Allah dengan ilmunya. Nafsunya membuat ia merasa lebih baik dibandingkan orang lain.
Ketika setan sudah mendarah daging dalam diri seseorang pertanda yang bisa dilihat ialah dari perubahan orang tersebut, yang semula gemar berkumpul dengan orang saleh kemudian tanpa ia sadari menjadi menjauh dan bergaul dengan komunitas di luar orang saleh.
الأ ْروَاحُ جُنُو دٌ مُجَنَّدَ ةٌ فَماَ تَعَارَفَ مِنْهَا ا ئْتَلَفَ وَمَا تَناَكَرَ مِنْهَا احْتَلَفَ
"Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok." (HR. Bukhari).
Maka dari itu, jadilah golongan yang pertama. Dan waspadalah agar tidak menjadi golongan kedua karena banyak orang yang menunda-nunda, ternyata ajal menjemput sebelum sempat memperbaiki niat kemudian bertaubat, akhirnya menjadi orang yang merugi. Lebih dari itu, janganlah sampai menjadi golongan ketiga karena tidak akan bahagia dan selamat.
Jika engkau bertanya, "Apa awal mula hidayah yang bisa menguji diriku?". Hidayah bermula dari takwa lahir dan berakhir dengan takwa batin. Tidak ada hidayah melainkan bagi orang yang bertakwa.
Takwa adalah ungkapan yang mengandung makna, konsisten melaksanakan perintah Allah Ta'ala dan berusaha menjauh dari larangan-larangan-Nya. Jangan lupa Bagikan!!!
Demikian semoga bermanfaat semoga Allah memberikan pertolongan kepada kita agar menjaga hati kita dari tujuan tujuan yang tidak benar.
Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan