Pengertian Hidayah Al Widjan
Sahabat SantriLampung yang berbahagia; Al-wijdan artinya al-fitroh yaitu hal yang paling inti dari diri seorang manusia, ia juga bisa di sebut dengan hati nurani atau hati kecil. Sebagian ulama juga memaknai wijdan dengan qolbu, nabi bersabda: sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal daging yang menjadi standar baik dan buruknya seseorang, jika segumpal daging itu baik maka baiklah seluruh perbuatannya dan sebaliknya jika ia rusak maka rusaklah sseluruh perbuatannya…ketahuilah segumpal daging itu adalah qolbu (HR.Bukhori dan Muslim).
Begitu juga rasulullah saw telah merekomendasikan kepada manusia yang bingung dengan banyaknya alternatif, mana yang akan dipilih? beliau menyarankan untuk bertanya pada qolbu/hati nurani dan mengikuti pilihan hati nurani. (HR.Ahmad dan ad-Darimi).
Pengertian wijdan yang sedemikian itu dan di dukung dengan hadist-hadist di atas menjadi isyarat kuat kepada kita bahwa wijdan adalah hidayah Allah swt. Tidak mungkin rasulullah saw merekomendasikan untuk bertanya pada qolbu jika ia bukan petunjuk/hidayah Allah swt. Tidak mungkin qolbu dinyatakan sebagai standar baik dan buruknya seseorang jika ia bukan hidayah dan petunjuk Allah swt. Petunjuk yang akan menghantarkan seseorang kepada mardhotillah.
Namun demikian, petunjuk Allah swt dalam bentuk qolbu/wijdan ini juga dapat mengalami kerusakan dan penurunan fungsi sebagaimana petunjuk-petunjuk sebelumnya. Al-ghazali mengibaratkan qolbu dengan cermin, tempat untuk berintrospeksi diri yang juga dapat pecah,retak dan cacat lainnya sehingga bercermin tidak dapat dilakukan dengan sempurna.
Hanya cermin yang bersih dan jernih yang dapat dijadikan alat berintrospeksi untuk perbaikan ke depan. Rasulullah saw juga memberitakan kemungkinan rusaknya fitrah/wijdan dan qolbu pada setiap orang dalam sabda beliau: jika seseorang melakukan kemaksiatan satu kali maka akan timbul titik hitam pada hatinya…(HR.Muslim. no:231/144)(HR.Tirmizi.no:3654)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) ». قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Artinya: Abu Hurairah RA bercerita bahwa Rasulullah saw bersabda: jika seorang manusia itu melakukan kesalahan maka muncullah titik hitam di qolbunya, jika ia bertaubat maka hilanglah titik hitam itu, kumpulan titik hitam itu disebut dengan “ar-roon”.
Oleh sebab itu, marilah kita menjaga kejernihan hati, keutuhan fitrah dan wijdan kita dan tidak mengotori apalagi merusaknya, ia adalah hidayah dan petunjuk Allah swt yang ada pada diri kita. Petunjuk yang akan menyampaikan kita kepada tujuan akhir kita yaitu mardhotillah. Semua orang memiliki hati nurani namun banyak yang telah mengotorinya bahkan merusaknya sehingga tidak bisa di pakai sebagai petunjuk Allah swt maka orang itu akan tersesat dan merugi.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan