Hakikat Tobat

Sahabat SantriLampung rohimakumullah; mari kita lanjutkan lagi hasanah tentang tobat. Menambah ilmu dan semata mata mencari Mahabbah Allah disini.

Taubat bukanlah istighfar (memohon ampunan). Al-Qur’an mengungkapkan:

فَاسْتَغْفِرُ‌وهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ

Karena itu beristigfarlah kepada-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. – Q.S. Huud [11]: 61.

Di ayat tersebut dibedakan secara lugas antara beristigfar dan bertaubat. Istighfar adalah ungkapan penyesalan dan permohonan ampun. Taubat adalah sebuah laku, sebuah sikap hidup yang menyeluruh, dengan mengarahkan seluruh aspek kehidupan untuk menghadap dan kembali pada Allah. Sebuah disiplin yang panjang dan terus-menerus, sampai akhir kehidupan.

Baca juga :

Tak seorang pun yang terlepas dari dosa dan kesalahan. Tidak ada seorang pun yang mampu terbebas dari dosa yang dilakukan oleh anggota-anggota tubuhnya, bahkan para Nabi sekalipun. Hanya saja, para Nabi telah diampuni dan dimaafkan.

Seseorang mungkin saja tidak melakukan dosa secara fisik. Namun, dia tidak akan terbebas dari pikiran tentang perbuatan atau angan-angan yang berdosa. Kalaupun orang itu telah Allah jaga dari pikiran yang buruk, ia tidak akan terbebas dari godaan setan yang senantiasa menghalanginya dari ingat kepada Allah. Dan jika seseorang terbebas dari godaan setan, ia tidak akan bisa luput dari kelalaian dan kelemahannya terkait pengetahuan tentang Allah Ta’ala, asma-asma dan perbuatan-perbuatan-Nya.

Apa yang ia pahami tentang Allah tidak akan pernah sempurna dan selalu memiliki ketidaksempurnaan. Dan, bagaimanapun ungkapan kesyukuran yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah, pasti amat jauh kelayakannya dari apa yang seharusnya Allah terima dari si hamba. Itulah mengapa Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya ada saat-saat qalb-ku terasa seperti tertutup kabut, maka aku memohon ampun kepada Allah seratus kali dalam sehari.” (H.R. Abu Daud No. 1294).

Kalimat terakhir dari Rasulullah Muhammad SAW itu menyimpan rahasia hikmah yang amat besar. Saat menempuh perjalanan taubat, awalnya kita akan dituntun oleh Allah untuk mengenali selubung-selubung yang menutupi hati kita. Selubung hati adalah hijab, apa pun yang menghalangi kita dengan Allah Ta’ala. Dalam perjalanan taubat kita yang panjang, kita akan dituntun untuk mengakui dan mengenali penghalang-penghalang itu, dan memohon ampunan pada Allah agar Dia berkenan mengangkat penghalang itu, satu demi satu.

Mengenali hijab-hijab hati adalah salah satu tanda bahwa hati kita mulai diterangi cahaya Allah. Laksana ruang gelap yang tertutup rapat, kusam penuh debu, tidak pernah terkena cahaya: taubat akan menyingkap tirai satu demi satu. Cahaya Allah mulai masuk, menerangi ruang-ruang dalam hati kita.

Setelah cahaya menerangi, kita akan tahu: pojok-pojok mana yang telah bersarang laba-laba di sana, lantai-lantai menghitam yang harus digosok, mana bagian yang kotorannya harus dikikis habis. Jalan pertaubatan yang haqq akan menyediakan takaran dan alat yang tepat untuk membersihkan ruang-ruang hati. Tapi uniknya, kita tak akan mampu mengenali itu semua tanpa ada pertolongan Allah dan ampunan-Nya untuk kembali membuat hati kita bening dan memantulkan cahaya-Nya.

Taubat kembali kepada Allah adalah sebuah laku sepanjang hayat. Kita kembali mengarahkan segala aspek dalam hidup kita sebagai sarana untuk mendekat kepada-Nya setiap saat. Kita tidak lagi sekadar mengingat-Nya kadang-kadang, hanya ketika pengajian: sebab setiap tarikan napas kita menjadi sebuah pengabdian kepada-Nya.

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
70806 23745 73014

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk