Kisah Tawus dan Pemimpin yang Sombong
Sahabat SantriLampung yang berbahagia; THAWUS Beliau adalah Abu Abrirrahman Thawus bin Kaisan al-Yamani al-Himyari maula Bakhir bin Kuraisan al-Himyari, termasuk anak keturunan bangsa Persia, sedang ayah beliau dari Qasith. Beliau termasuk kibar at-tabi’in (tabi’in senior), sangat dikenal dalam memberi wasiat dan nasihat, dan tidak gentar dalam meluruskan setiap kesalahan. Sebab itu, beliau banyak disegani oleh setiap kaum muslimin sampai pun oleh para raja dan khalifah kaum muslimin. Ada yang berkata bahwa nama asli beliau adalah Dzakwan, sedangkan Thawus adalah nama julukan. Diriwayatkan dari Yahya bin Ma’in ia berkata, “Beliau dijuluki Thawus (burung merak) karena beliau banyak menimba ilmu (berkeliling) kepada para qurra (ahli qiraah).” Beliau lahir di zaman para sahabat, sehingga beliau banyak berjumpa dan menimba ilmu dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah Jabir bin Abdillah, Abdullah bin Abbas, Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin Umar, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhum, dan para sahabat senior lainnya. Bahkan beliau juga menimba ilmu kepada Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha.
Pada suatu waktu Khalifah pada saat itu yaitu Hisyam datang ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Sesampainya di sana beliau memerintahkan pembantunya agar memanggilkan salah seorang sahabat Rasulullah. Namun diberitahukan kepadanya bahwa para sahabat Rasulullah telah tiada, tak seorang pun yang masih hidup. Mendengar itu, kholifah minta dipanggilkan seorang tabi’in saja. Maka dipanggilah Thawus Yamani .
Thawus pun segera menghadap kepada Khalifah. Setelah melepaskan kedua sandalnya di tepi permadani, Thawus langsung duduk di samping Khalifah Hisyam tanpa mengucapkan salam yang 'lazim tetapi hanya sekedar mengucapkan 'assalamu'alaika', lalu ia berkata pada Khalifah. “Bagaimana kabar engkau hai Hisyam!"
Khalifah Hisyam sangat marah melihat sikap Thawus yang seperti itu, lalu ia berseru lantang, "Hai Thawus! Apa yang membuatmu demikian tidak menghormatiku?"
“Memangnya kesalahan apa yang aku lakukan?” balik bertanya Thawus dengan nada heran.
Dengan nada tinggi menahan marah yang memuncak Khalifah berkata,, “Engkau melepaskan sandalmu di tepi permadaniku, tidak mengucapkan salam atas kepemimpinanku, tidak memanggilku dengan panggilan Amirul Mukminin, duduk di sampingku, dan bahkan engkau lancang bertanya “Bagaimana engkau hai Hisyam!"
Dengan tenang Thawus menjawab, “Aku melepaskan sandalku di tepi permadanimu, karena aku melepaskannya lima kali setiap hari di hadapan Allah, tetapi Allah tidak murka. Tidak mengucapkan ”selamat atas kepemimpinanmu. karena tidak semua orang setuju atas kepemimpinanmu. Aku tidak memanggilmu dengan panggilan Amirul Mukminin karena Allah memanggil waIi-waliNya dengan : 'Hai Daud, hai Yahya, hai lsa', dan itu bukanlah penghinaan atas diri para Nabi. Allah memanggil pula musuh musuh-Nya dengan ‘Tabbat yada Abi Lahab (celakalah kedua tangan Abu Lahab)!’ Sedangkan aku duduk di sampingmu karena aku mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, "Jika kamu ingin tahu orang yang termasuk ahli neraka, lihatlah kepada orang yang enak-enak duduk padahal orang orang di sekitarnya berdiri." Orang orang yang enak enak duduk padahal orang orang yang disekelilingnya peras keringat untuk bertahan hidup dan beribadah.
Mendengar penuturan Thawus itu Khalifah pun terdiam, lalu berkata lirih,, "Nasihatilah aku hai Thawus!" _ “Aku dengar dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib bahwa di neraka Jahanam terdapat banyak ular dan kala jengking yang sangat besar yang akan menyengat setiap pemimpin yang tidak adil dalam kepemimpinannya" kata Thawus sambil kemudian bangkit keluar meninggalkan Khalifah Hisyam yang duduk termangu.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan