Pendidikan Ruh Sebelum Kelahiran
Pendidikan ruh jauh dilakukan sebelum anak lahir, bahkan sebelum ayah dan ibunya dipertemukan takdir cinta. Laki-laki dan perempuan yang sebelum menikah menjaga kesholihan dirinya, ini pun bentuk pendidikan ruh yang berguna bagi anak kelak. Menikah untuk membentengi ruhiyah adalah pendidikan ruh sebelum anak lahir.
“Dalam Islam, konsep menikah harus karena Allah dan untuk memiliki keturunan. Iblis bersumpah untuk menjauhkan anak cucu adam dari syariat. Kuncinya adalah Ikhlassuniyah: ikhlas, murni, tidak tercampur apapun. Hanya menuju Allah, bukan pada selainNya.” ungkap Ustadz Budi Ashari, Lc dalam Kajian Rabu Malam, Depok (11/06/2014)
Pembina Parenting Nabawiyah ini menjelaskan bahwa konsequensi keikhlasan menikah untuk mendapatkan keturunan yang sholih adalah dengan membaca doa yang diajarkan Rosul sebelum mencampuri istrinya: “Allahumma Jannibnasy syaithon wa jannibisy syaithon maa rozaqtanaa.” Wahai Allah jauhilah kami dari setan dan jauhilah setan dari kami terhadap rizki yang Kau berikan kepada kami.
“Kita meminta perlindungan Allah dari gangguan setan bahkan untuk anak yang belum lahir. Inilah bentuk penjagaan. Selain itu, agar keturunan tidak diganggu syetan, ayah wajib mencari rizki yang halal.” tegasnya.
Ahli hadits ini menegaskan bahwa manusia bukan hanya makhluk fisik, berupa seonggok daging dan tulang. Manusia memiliki ruh yang kedudukannya lebih penting dari fisik dan akal. Karena itu, Islam memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan ruh.
“Ini bedanya peradaban Islam dengan peradaban manapun. Islam memperhatikan ruh, jiwa, karakter, hati seseorang. Bedanya dengan peradaban lain adalah besarnya perhatian terhadap fisik, kemudian akal. Tapi ruh bahkan hampir tak tersentuh. Hari ini masyarakat muslim kalah, sehingga terwarnai peradaban kosong yang mementingkan fisik.” jelasnya.
Pakar pendidikan Islam ini menjelaskan bahwa kekuatan fisik dibatasi indera. Misalnya mata, sanggup memandang sekian jauhnya, tapi jika terhalang sesuatu bisa jadi tidak melihat lagi. Akal pun terbatasi ruang dan waktu. Hanya ruhiyah, satu-satunya kekuatan yang mampu bersambung langsung pada Allah.
Cara Islam mendidik ruh adalah membuat hubungan yang terus menerus dengan Allah. Ini tidak ada di konsep pendidikan manapun, kecuali Islam. Amal ibadah seseorang adalah kunci. Selama ruh selalu menghadap RobbNya, maka akan tumbuh. Jika sebaliknya, maka akan menjadi lemah.
“Hari ini yang paling dibanggakan adalah teknologi. Apa yang terjadi? Jiwa yang kosong. Ketika orang yang lapar dan haus menjadi murah marah, ini berarti fisiknya yang kosong. Kalau jiwa yang kosong? Dia bisa membunuh dirinya sendiri, sesuatu yang mahal. Didiklah anak-anak kita dengan pendidikan ruh yang tak terbatas. Jika ruhiyah berpaling dari Allah maka akan layu.” ungkapnya.
Pakar sejarah Islam ini mengungkapkan bahwa Tarbiyah Islamiyah adalah pendidikan yang syamilah dan mutawazinah (menyeluruh dan seimbang). Menyeluruh artinya semua hal dididik. Hal-hal yang akan melahirkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Keseimbangan orang yang sholih meliputi: ruhiyah, akal, dan fisiknya. Semua itu sesuai porsi masing-masing.
“Jika ruhiyah yang paling penting, maka harus benar-benar mendapat perhatian lebih. Tanpa mengenyampingkan kebutuhan akal dan fisik. Ketidakseimbangan akan mengakibatkan kecelakaan, sangat berbahaya, minimal berjalan dengan tidak nyaman.”
Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan