Mengerikannya Pacaran
Indahnya masa pacaran. Boncengan kemana-mana. Saat si cewek ingin pergi kesuatu tempat maka si cowok pun dengan senang hati memberikan tumpangan motornya. Duh... indahnya. Mesaranya mereka berboncengan berdua diatas motor. Sekali-kali sang cowok menarik rem. Sekali-kali melambung kendaraan lain yang ada disamping kanan dan kirinya.
Ini adalah sekelumit cerita yang banyak kita jumpai. Menurut pandangan kita masa pacaran adalah masa yang indah. Jika kita melihat dari kacamata dua sejoli yang pacaran maka pacaran adalah hal terindah. Disaat anak turun adam dan hawa dapat memadu kasih sayang. Sungguh indah tak terlupakan. Ini menurut pandangan manusia. Terus bagaimana dengan pandangan Allah? Atau bagaimana menurut pandangan agama? Boleh tidak sih pacaran itu? Mari kita kupas hal ini?
Memang dari jika kita melihat orang pacaran maka yang tergambar adalah kebahagiaan yang dibungkus oleh kemesraan. Namun, dari kacamata agama ternyata tidak demikian. Sama sekali berbeda. Dan memang kenyataannya demikian. Apa yang dilihat oleh mata tak selamanya sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Orang yang pacaran itu dalam hatinya tak bahagia lahir batin. Loh, kok tahu? Dalil quran sandarannya. Allah memberi kebahagiaan kepada dua pasang anak turun Adam karena pernikahannya. Bukan karena pacarannya. Pacaran dilihat dari sudut pandang agama jelah haromnya.
Jika kita telaah lebih dalam pacaran membuka keran dosa yang besar. Sebagai missal, bersentuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom maka dosanya sangat besar. Lebih baik jika kepalanya ditusuk oleh oleh jarum besi yang panas. Saling curhat antara laki dan perempuan dalam masa pacaran tentu juga mengundang dosa. Laki-laki kan tak boleh berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Yang menigai keduanya adalah setan. Barang siapa yang percaya pada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia tak menyepi dengan lawan jenisnya.
Pacaran pun tentu dapat membuka kesempatan yang besar untuk melakukan hal yang tercela. Pacaran bisa berakibat zina. Orang yang pacaran rentan berbuat zina. Padahal zina adalah termasuk dosa besar yang sangat dimurkai oleh Allah. Dosanya diampuni jika pelakunya melaksanakan kafarohnya. Jika belum nikah sebelumnya maka harus dicambuk 100x. Jika sudah pernah nikah kemudian selingkuh atau berzina maka harus ditanam lalu dilempari batu sampai mati. Begitulah hukuman orang yang berzina. Jika tak melakukan hal itu maka dosanya tak akan diampuni sampai ia meninggal dunia. Betapa mengerikannya akibat yang akan didapat oleh pelaku zina. Maka hendaklah orang yang bijak menghndari pacaran.
Kira-kira kita akan memilih yang mana diantara dua opsi. Pacaran sebelum nikah atau pacaran setelah nikah? Orang yang tak mendahulukan hawa nafsunya akan memilih pacaran setelah nikah. Betapa indahnya berpacaran setelah nikah. Jadi, nikah dulu baru pacaran.
Lalu, apa bedanya nikah dengan zina? Kalau nikah duluan suratnya. Kalau zina (maaf) duluan nafsunya. Tentu anda dapat menangkap maksud saya. Perbedaannya sangat tipis. Hanya dengan mengucapkan lafadz “qobiltu nikaahaha bil mahril madzkur,” maka lelaki dan perempuan yang tadinya harom untuk berdua-duaan kini telah halal. Mau berdua-duanpun itu tak dilarang oleh agama. Adapun zina mengedepankan hawa nafsu. Yang dicari hanyalah kenikmatan sesaat.
Pasangan yang pacaran pada umumnya punya alasan sendiri untuk melakoni hubungan yang spesial. Dengan dalih untuk mengenal lebih dalam maka pacaran dihalalkan. Agar keduanya dapat memahami pribadi pasangan yang akan dinikahinya nanti. Sentuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom dilegalkan. Parahnya lagi, orang yang berpegang pada nilai-nilai keislaman seperti ini dikatakan kampungan atau (maaf) sok suci. Sungguh terlalu.... Kita sadar bahwa hukum quran dan hadis tak bersifat lokal dan kontemporer. Melainkan bersifat universal dan berlaku hingga hari kiamat.
Tak dapat dipungki bahwa dewasa ini pacaran telah menjamur dikalangan generasi muda. Pacaran telah menjadi gaya hidup remaja kita saat ini. Orang yang tak pacaran dikatakan kuno, sok alim, sok suci dan ejekan lainnya.
Pacaran banyak diadopsi oleh generasi muda melalui tontonan yang ia saksikan sehari-hari. Baik itu melalui televisi maupun media cetak. Sinetron misalnya. Tema sentaral kebanyakan ialah masa pacaran yang dilukiskan sebagai sesuatu yang manis. Alur kisah dalam sinetron menggambarkan dua sejoli yang awalnya saling bermusuhan. Kemudian terjadilah konflik diantara keduanya. Pada puncaknya tumbuhlah benih-benih cinta diantara keduanya. Akhirnya jadilah mereka sebagai pasangan yang berpacaran.
Maka anak muda yang labil lalu ikut terbawa arus. Mereka mengadopsi dogma yang ditularkan oleh sinetron. Mereka pun mengapikasikannya. Siswa SMA, SMP, bahkan SD pun kini berlomba-lomba mencari pasangan. Lalu, memamerkannya kepada teman-temannya. Prihatin sekali.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan