Wasiat untuk Remaja Muslim

Usia muda adalah kekuatan di antara dua kelemahan, bacalah hasanah ini sampai tuntas agar tidak gagal menjadi pemuda yang menakjubkan. - Gusmuluk

"Tidak akan beranjak kaki anak Adam dari hadapan Allah hingga ditanya tentang lima hal, di antaranya: tentang umurnya, dihabiskan untuk apa? Tentang masa mudanya, diisi dengan apa?…" (HR. Tirmidzi)

Usia muda adalah kekuatan di antara dua kelemahan

Kelemahan pertama adalah kelemahan usia kanak-kanak yang masih lemah secara fisik, ilmu dan pengalaman. Kelemahan kedua adalah usia tua yang juga lemah secara fisik, semangat, tenaga dan kemampuan. Demikian penjelasan Ustadz Budi Ashari dalam sebuah kajian bertema kepemudaan. Ustadz alumnus Universitas Islam Madinah ini juga membeberkan ayat-ayat tentang usia muda dalam Al-Qur'an.  Dari pengkajiannya, ternyata pemuda dalam Al-Qur'an digambarkan sebagai sosok yang matang secara mental, bertauhid, berkata 'tidak' pada kemaksiatan, sekaligus sosok yang berani melawan kezhaliman.

Catatan Sejarah Generasi Muda Islam

Zubair bin Al-Awwam, di usia 15 tahun telah menjadi teman diskusi Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam, anggota pasukan berkuda Islam, tentara yang pemberani dan pemimpin dakwah Islam di zamannya.

Thalhah bin Ubaidillah, di usia 16 tahun telah menjadi seorang pembesar utama barisan Islam di Makkah, singa podium yang handal, tentara berkuda yang masyhur karena kelihaian dan keberaniannya, donatur infaq fi sabilillah, juga mendapat julukan dari Rasulullah sebagai Thalhatul Khair (pohon kebaikan).

Sa'ad bin Abi Waqqash, di usia 16 tahun, beliau menjadi sahabat yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam.

Ali bin Abi Thalib di usia 10 tahun, menjadi sosok yang dipercaya Rasulullah untuk menggantikan posisinya di tempat tidur, mengambil resiko di bunuh musuh Allah, diberitahu kabar gembira perihal wahyu yang pertama kali diterima Rasulullah.

Zaid bin Tsabit, di usia 13 tahun, memiliki tekad yang sangat besar untuk ikut bergabung dengan pasukan Islam pada Perang Badar. Namun, karena postur tubuhnya yang kecil, Rasulullah dan para sahabat mengkhawatirkan keikutsertaan beliau bisa membahayakan dirinya sendiri. Sang ibunda pun berpesan, "Jangan sedih, anakku! Engkau bisa mengabdi kepada Islam dengan jalan yang lain. Jika tidak dengan mengusung pedangmu ke medan jihad, engkau masih bisa berjihad dengan lisan dan penamu!" Berkat nasihat ibundanya ini, Zaid bin Tsabit pun ditunjuk Rasulullah menjadi penulis wahyu.

Mu'adz bin Amr dan Mu'adz bin 'Afra', mereka adalah sahabat karib, yang masing-masing berusia 14 dan 13 tahun. Mereka berlomba-lomba untuk membunuh Abu Jahal dalam Perang Badar. Mu'adz bin Amr berhasil memotong betis Abu Jahal, yang mengakibatkan tangannya terpenggal. Sedangkan Mu'adz bin 'Afra' berhasil membuat Abu Jahal tersungkur karena sabetan pedangnya dan menghadapi pedihnya sakaratul maut. Jika Mu'adz bin Amr mengorbankan tangannya, maka Mu'adz bin 'Afra' mengorbankan nyawanya setelah menyerang Abu Jahal.

Usamah bin Zaid, di usia 18 tahun diangkat Rasulullah menjadi panglima perang untuk menggempur pasukan Romawi di Syam. Yang perlu digarisbawahi dari seorang Usamah bin Zaid ini, beliau bukanlah "orang ideal" seperti yang didambakan remaja sekarang; ternama, ganteng, berasal dari keluarga terpandang. Tahukah kalian bahwa Usamah bin Zaid adalah putra dari Zaid bin Haritsah, pembantu Rasulullah yang dahulu seorang budak? Usamah terlahir dari keluarga miskin. Bukan seorang anak juragan, saudagar, bahkan wakil rakyat. Dia juga tidak memiliki penampilan keren. Sebaliknya, penampilan beliau sebenarnya kurang menarik. Ini semua cermin bahwa bagi remaja, faktor penunjang keberhasilan yang hakiki adalah agama, akal, ilmu, kemampuan dan berlatih. Bukan karena faktor keturunan, bentuk fisik, juga harta. Bukankah Allah lebih melihat kondisi hati daripada fisik kita?

Baca juga :

Inilah 10 Wasiat Penggugah Jiwa

Pertama, jauhilah kemaksiatan! Kemaksiatan adalah celah terbesar yang dapat membuat hidup seseorang menjadi terpuruk. Mengapa? Sebab kemaksiatan mengundang kemurkaan Allah. Dampak terbesar dari kemurkaan Allah adalah kesempitan hidup dan kegersangan hati dalam mengecap manisnya ibadah. Maka tak heran, menjauhkan diri dari kemaksiatan adalah lebih utama dibanding mengerjakan kebaikan. "Apa yang kami larang, maka jauhilah! Dan apa yang kami perintahkan kepadamu, kerjakanlah semampumu!" (HR. Bukhari-Muslim)

Kedua, pelajarilah agamamu (Islam)! Ilmu agama ini sangat padat dan keras, maka masukilah secara halus! Susun sebuah jadwal untuk mengkaji ilmu tersebut secara ideal! Dalam belajar, jangan tergesa-gesa ingin mengecap hasil, jangan mudah tergoda dengan iming-iming kesuksesan instan! Sebagaimana sya'ir masyhur dari Imam Syafi'i, bahwa barangsiapa yang tidak bersabar dalam belajar, maka kelak ia harus bersabar dalam mengecap pahitnya kebodohan. Rasulullah pun bersabda, "Barangsiapa menempuh suatu perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga." (HR. Muslim).

Ketiga, rindulah dengan masjid! Menghadiri kegiatan-kegiatan masjid, seperti majelis ta'lim, tahfidz Al-Qur'an atau sebatas kultum di akhir shalat berjama'ah. Jika biasa (rutin) dikerjakan maka berdampak besar pada kecintaan kita terhadap masjid, hati kita akan terikat olehnya dan dapat membentuk seorang pribadi muslim shalih.

Keempat, bersiaplah berkompetisi! Hal yang lucu jika umat yang kitab sucinya turun dengan diawali kalimat "Bacalah!" justru menjadi kelompok negara berkembang, bukan negara maju. Suatu kejadian yang juga menyayat hati ketika melihat remaja Islam yang teguh memegang ajaran agamanya, tetapi gagal dalam studi. Ketahuilah, Islam sangat jauh dari pemahaman seperti ini! Islam adalah agama yang mengajak umatnya terjun ke medan laga, berlomba dan berkompetisi dalam kebaikan.

Kelima, sambunglah silaturrahmi! "Maka apakah kiranya jika kalian telah berkuasa, kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" (QS. Muhammad: 22) Di antara manfaat silaturrahim, selain mengeratkan hubungan baik juga dapat menjadi wasilah bagi kita untuk semakin menyebarluaskan kebaikan Islam. Jika dikatakan silaturrahim dapat membuka pintu rezeki, maka tidak ada rezeki yang lebih besar dibanding hidayah yang merasuk ke hati saudara kita, sementara kitalah yang menjadi perantaranya.

Keenam, pilihlah sahabatmu! Jika kita menghendaki jalan yang terang menuju surga-Nya, maka carilah sahabat yang shalih! Sahabat yang setia mengingatkan kebaikan pada kita, bahkan mungkin di setiap detik aktivitas kita. Hijrahnya diri kita menuju hidayah Allah harus diseimbangi dengan menjauhi kawan-kawan lama yang berpotensi menjegal jalan hidayah. Dekati orang-orang shalih, bergaullah dengan komunitas yang mendukung hijrah kita! Bersyukurlah jika kita memiliki mereka sebab, "Seorang manusia di atas agama temannya, maka lihatlah dengan siapa dia berteman." (HR. Tirmidzi).

Ketujuh, pekalah terhadap zamanmu! Buka dan pelajari lembaran fakta hidup yang sedang terjadi! Ikutilah perkembangan berita-berita di dunia! Gemarlah bertanya, berdiskusi, serta menciptakan solusi! Manfaatkan gadget-mu untuk memperkaya wawasan, mendekatkan yang jauh, namun juga semakin mendekatkan yang sudah dekat! Jangan sampai kita cakap dengan berbagai wawasan di dunia luar, namun kita gagap dan tidak tanggap dengan lingkungan terdekat kita sendiri.

Kedelapan, giatlah berolahraga! Sifat yang penting dikantongi oleh generasi muda Islam adalah kuat, sehat dan berwawasan luas. Kesehatan akal hendaknya berbanding lurus dengan kesehatan badan.

Kesembilan, ajaklah saudaramu! Jika engkau berhasil merasakan manisnya agama ini, betapa berat tanggung jawab generasi muda Islam dalam memperbaiki kondisi umat Islam apabila dilakukan seorang diri, betapa nestapanya hidup jauh dari kehidupan yang Islami, maka ajaklah saudaramu dengan tutur kata yang santun dan menawan untuk bergabung denganmu! Minimal untuk bersisian di sampingmu untuk terus mendukung dan menyemangatimu.

Kesepuluh, aturlah waktumu! Modal hidup kita adalah umur, maka berhati-hatilah dengannya! Waktu ibarat pedang. Jika kita tidak lihai memanfaatkannya, maka kita akan menjadi korban ketajamannya. Pandai-pandailah untuk menebas aktivitas yang tidak bermanfaat! Jika tidak, kitalah yang akan ditebasnya karena gagal memanfaatkannya. Ujung dari kegagalan itu adalah ketika kita berdalih tak punya waktu. Padahal seluruh waktu kita habis digunakan untuk amal yang tiada manfaatnya. Keberkahan waktu seseorang dapat diprediksi dengan seberapa banyak amal shalih yang mampu dikerjakannya selama 24 jam. Keberkahan usia seseorang dapat dinilai dengan jenis amal yang ia gunakan untuk menghabiskan hari-harinya.

Diadaptasi dari buku "Pemuda Nyalakan Semangatmu" karya Dr. Raghib As-Sirjani, diterbitkan oleh Samudera.

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk