Menghidupkan Sunnah Nabi
Sahabat SantriLampung yang berbahagia di mana pun berada, Al hamdulillah kita dapat berjumpa lagi, setelah beberapa hari tidak menulis. Apapun yang akan ananda tulis hari ini semoga dapat diambil manfaat dan dapat dijadikan bekal nasihat. Mengingat sebentar lagi masuk bulan sya'ban, bulan dimana telah ditetapkan sebagai bulannya Rosulullah, elok rasanya jika kita bicara tentang bagaimana cinta dan mencintai kanjeng Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam.
Cinta kepada kanjeng nabi Muhammad bukan hanya sekedar pengakuan belaka yang dapat diucapkan dengan mulut, tetapi harus dibuktikan dengan sikap dan prilaku yang sesuai. Syafaat kanjeng nabi pun demikian bukan hanya dinanti nantikan saja, tapi juga dibarengi dengan keseriusan bukti bahwa kita benar benar mengharapkan syafaatnya kelak di yaumil qiyamat.
Rosulullah bersabda;
مَن أحيا سنَّتي فقد أحبَّني ومَن أحبَّني كان معٍي في الجَنَّة رواه السجزي عن أنس
Artinya: Barang siapa menghidupkan atau mengamalkan sunnahku berarti ia benar benar mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku maka kelak ia akan bersamaku di dalam syurga. (HR. Assajzi dari Anas r.a).
Lalu apa yang dimaksud sunnah nabi?
Sunah Nabi adalah "Apa-apa yang datang dari kanjeng nabi Muhammad yang patut diaplikasikan dalam kehidupan, dan Apa-apa yang dilarang kanjeng nabi Muhammad cegah dan jauhi dalam kehidupan". Apa apa yang datang kepada kanjeng nabi sejatinya berasal dari Allah, dan sebagai muslim kita harus mentaatinya. Barang siapa menaati Rosulku maka sama saja telah mentaati Aku begitulah penjelasan Allah.
Ruang lingkup sunah Nabi sangat luas sekali bila harus dipaparkan secara rinci, namun disini ananda hanya akan membahas beberapa hal saja yang sudah menjadi tradisi ditengah kita. Yang sudah dicetuskan oleh para ulama ulama kita sebagai ajang dalam menghidupkan sunnah sunnah nabi. Seperti Majlis Pengajian, Dzikir, Tahlilan, Istighosah, Ratiban, Fidaan, Khaul, Ziarah, dll.
Kita ambil 1 contoh sunnah dzikir : "Rosulullah memerintahkan kita agar senantiasa mengingat Allah dalam segala keadaan". Bagi manusia yang awam lagi lemah seperti kita, untuk melaksanakan perintah ini bukanlah hal yang mudah, apalagi jika harus meniru sebagaimana rosulullah berdzikir sampai kakinya terluka, berat gEs!.
Nah karena hal yang demikian berat. Ulama ulama kita dengan memohon hidayah kepada Allah lalu kemudian mereka mencetuskan formula dzikir yang dapat dilakukan bersama sama, seperti dzikir seusai shalat, tahlilan, manaqiban dll. Dengan dzikir bersama secara tidak langsung akan banyak sunnah sunnah nabi terlaksana didalamnya, sedekahnya ada, silaturahimnya ada, berjamaahnya ada, dll.
Selain itu dzikir yang dilakukan ramai itu asyik tidak seberat ketika dzikir sendiri. Dari satu contoh ini yang ingin ananda sampaikan adalah "Ulama kita mencetuskan ritual dzikir bukan ngarang dan tanpa memohon hidayah dari Allah, semuanya berdasarkan petunjuk dan pertolongan Allah". Kita harus menghidupkan majlis majlis ini dan melestarikannya untuk memperkaya praktik praktik amalan sunnah secara berjamaah. Dan jangan mengikuti kelompok kelompok yang justru menyesatkannya.
Nah sahabatku siapa saja diantara kalian yang gemar menghidupkan sunnah nabi Muhammad maka sama saja ia sedang mencintai kanjeng nabi dan sedang menuju perjumpaan kepada kanjeng nabi.
Sahabat, tidak ada satu pun ummat Islam yang dapat meniru kesempurnaan Kanjeng nabi Muhammad, tetapi bukan berarti tidak ada celah bagi kita untuk ittiba (mengikuti/meniru) kanjeng nabi. Kita tidak dituntut meniru keseluruhan tapi paling tidak kita dapat hidup dengan akhlakul karimah, taat ibadah, mengerjakan yang ma'ruf dan menjauhi yang munkar.
Ulama masyhur yang juga ahli tafsir yakni Prof. Qurays Shihab Muhsonif dari Tafsir Al Misbah, pernah beranalogi kepada anaknya, "Banyak jalan menuju syurganya Allah, 10 itu tidak melulu 5+5 saja, bisa 5×2 dst...," artinya banyak celah untuk kita meniru kanjeng nabi dengan sunnah sunnah yang kita mampu dan dari situ tujuan yang diharapkan adalah syafaat, rahmat dan juga syurga.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan