Kisah Abu Hanifah dan Pemabuk
Imam Abu Hanifah saat di Kuffah memiliki tetangga seorang pemuda tukang sepatu. Pemuda itu bekerja sepanjang hari, dan malam harinya ia baru pulang ke rumah.
Dari tempat kerjanya, terkadang ia membawa daging untuk dimasak, kadang pula ikan yang dibawa untuk dipanggang.
Sayangnya, ia ternyata seorang pemabuk. Sampai-sampai ketika sedang mabuk-mabuknya, tak terasa ia sering mongeceh dengan suara keras,
"Mereka menelantarkanku, tidak tahukah siapa yang mereka sia-siakan. Dialah pemuda yang selalu berjaga di perbatasan di hari-hari yang mencekam."
Pemuda ini merasa tidak diperhatikan oleh tetangga sekitar. Ketika mabuk, kata-kata tersebut diulangnya terus menerus sambil minum.
Ia tidak sadar bahwa Abu Hanifah tiap hari mendengarkan dan memperhatikan tingkah pemuda ini.
***
Suatu malam di saat Abu Hanifah menyelesaikan shalat malamnya, suara ocehan pemuda itu tak lagi terdengar.
Beliau pun bergegas mencari tahu keberadaan pemuda mabuk tersebut.
Di tengah jalan ada yang memberi tahu bahwa si pemuda telah diciduk petugas keamanan beberapa malam yang lalu untuk dijebloskan ke penjara. Syariat Islam berlaku, bahwa seorang pemabuk akan dikenai hukuman.
Maka esok harinya setelah menyelesaikan shalat Subuh, beliau naik ke atas keledainya untuk menemui Amirul Mukminin.
Saat bertemu dengan Amirul Mukminin, beliau ditanya, "Ada apa engkau ke sini, wahai imam?"
Beliau menjawab, "Begini Amir, aku punya tetangga tukang sepatu. Ia diciduk oleh petugas keamanan sejak beberapa hari lalu. Aku bermaksud memintamu untuk membebaskannya."
Karena diminta oleh seorang ulama terpercaya, Amir pun mengabulkannya, ia akhirnya dibebaskan.
Dalam perjalanan pulang Abu Hanifah masih naik keledainya, sedangkan pemuda itu ikut berjalan di belakangnya.
Setelah sampai rumah, Abu Hanifah bertanya penuh selidik kepadanya,
"Eh nak, memangnya kita menelantarkanmu ya?"
"Emmm… Enggak, justru kamu menjaga dan memperhatikanku."
jawabnya sambil tersenyum malu.
"Terima kasih sudah menjadi tetangga yang baik ya." pungkasnya.
Setelah kejadian tersebut, pemuda itupun bertaubat. Dia tak lagi mabuk-mabukan seperti dulu lagi.
Kisah ini disebutkan oleh Khatib Al-Baghdadi dalam Tarikh Al-Baghdad.
Kisah ini menceritakan sebuah contoh dakwah dari Imam Abu Hanifah dalam menghadapi seorang pemuda pemabuk.
Selain mendapatkan hikmah, kita juga bisa tersenyum mengetahui jawaban polos pemuda itu.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan