Download Aplikasi SantriLampung Download
SantriLampung : Jalan Kangguru No.3 Desa Andalas Cermin (SP4) Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang - Provinsi Lampung | Kontributor : Al Magfurlah Mbah Bardi - Al Maghfurlah Nyai Isminih - Fatimah Khoiru Nisa - Uswatun Khumairoh - Mbah Kholil - Nur Kholis Khumaidi - Khomsatun Athfal Mashitoh - Kholid Jamal Abdul Nasir - Mukhlasin - Abi Husna - Irwansyah - Sumaya - Sunia - Shemei - Rini Setiawati - Fatia Hanna - Ny. Nina Purwantini - Tn. Yuli Antono - Ny. Nany Purwantini - Ny. Atiek Yudani Antono - Tn. Apiek Yudani Antono
Haji

Falsafah Sejarah Tahlilan 3,7,40,100,1000, dan Haul

Seorang ulama dari mesir bernama Imam Qolyubi bin Salamah bercerita di dalam kitab Riyadur Royahiin dan ini adalah kisah nyata.

Nama lengkap Imam Al Qolyubi : Syihabuddin, Ahmad bin Ahmad bin Salamah al Qaliyubi al Mishri as Syafi'i, adalah seorang ulama yang berasal dari Mesir, wafat pada tahun 1069 H. WIKIPEDIA Raja kala itu ialah Nesbanebdjed I. 

Ada seorang yang Shalih memiliki 5 orang anak, anak-anaknya merupakan anak anak yang sholih dan  berbakti kepada orang tuanya. Orang tuanya seorang duda dan tinggal seorang diri, usianya sudah tua dan sakit-sakitan, melihat kondisi itu para anak anaknya berkumpul untuk mengadakan musyawarah, dalam musyawah anak tertua menawarkan usulan kepada saudara-saudaranya. "Sekalipun bapak tak pernah kesepian karena kita setiap hari menemani silih berganti. Namun tak ada salahnya jika usulan ini aku utarakan": "Siapa yang mau mengurusi merawat  bapak, maka seluruh dunia (warisan bapak) gak perlu diwariskan melainkan untuk yang berkenan merawat dan mengasuh bapak". Mendengar itu, sontak saja anak yang paling kecil (si-bungsu) mengajukan pendapatnya; "Biarlah bapak aku pinta, biar aku dan istriku yang merawatnya, tetapi; kalau tiba masanya bapak meninggal aku gak mau menerima warisan atau dunianya bapak". Mendengar pendapat itu saudaranya yang lain pun menyepakati lalu kemudian mengantarkan bapaknya ke tempat si-bungsu. 

Singkat cerita, Hari demi tahun berlalu, Qodarullah Bapaknya si anak anak sholeh yang tinggal di rumah si-bungsu meninggal dunia, si-bungsu yang merawat begitu sangat hormat kepada orang tuanya, Jenazahnya dimandikan, di kafani, di sholati dan kemudian di makamkan. 

Malam harinya si-bungsu kirim doa (tahlilan) untuk bapaknya, malam kedua kirim doa lagi, malam ketiga kirim doa, pada malam ketiga ini sesuatu terjadi, seusai kirim doa, setelah jamaah yang turut mendoakan pulang semua, ada orang tua mendatangi kediaman si-bungsu dan berkata : "Wahai anak muda, Begini nak, hormatmu kepada orang tuamu diterima Allah, karena itu melalui aku Allah memberi kabar untuk membalas kebaikan hormatmu terhadap orang tua dengan uang 1000 dinar, maka galilah tanah dibelakang rumah". Mendengar itu, sibungsu menjawab "Maaf kek, 1000 dinar kalau tidak berkah buat apa?". Lalu kakek itu pun pergi berlalu. 

Malam ke empat, kelima dan ke enam si-bungsu tetap melanjutkan kirim doa, kakek yang yang mendatanginya tak datang. Lalu pada malam ke 7, si-bungsu kirim doa, selesai jamaah yang turut mendoakan berlalu, kake-kakek tua datang lagi dan berkata kepada si bungsu; "Nak galilah tanah di belakang,  Allah memberimu kebaikan atas hormatmu kepada orang tuamu dengan uang 100 dinar" anak itu pun menjawab "Kek 1000 dinar saja aku gak mau apatah lagi 100 dinar kalau gak jelas keberkahannya. Jugaan mau untuk apa kek sesuatu yang gak berkah?" Kakek pun berlalu. 

Lalu datang hari ke 40, si bungsu mengadakan kirim doa sebagaimana yang telah lalu, selesai jamaah yang turut mendoakan berlalu, kake-kakek itu datang lagi dan berkata kepada si bungsu; "Nak, ini uang 1 dinar tapi berkah, Allah memberimu kebaikan atas hormatmu kepada orang tuamu." Si bungsu pun menjawab "Nah ini nih kek, 1 dinar asalkan berkah saya mau kek" Kakek pun berlalu dengan senyum indahnya.  

Esok harinya uang 1 dinar itu dibawa kepasar dibelikan sepasang ikan emas, lalu dibawa pulang diserahkan kepada istrinya agar disiangi dan di masak. Ketika di siangi di dalam perut ikan terdapat mutiara (mutiara yang biasa dijadikan mahkota raja dan ratu). Lalu mutiara itu disimpan oleh istrinya.

Singkat cerita, mendekati hari ke 100 setiap malam seorang Raja melihat cahaya itu turun ke arah rumah si-bungsu, melihat peristiwa itu, sang Raja mengutus patih (panglima) untuk mendatangi tempat di mana cahaya itu turun. Lalu dicarilah oleh panglima tersebut, di rumah si-bungsulah cahaya itu turun. Ditanyalah si-bungsu oleh si panglima, "Wahai anak muda, ada apa gerangan? Sampai-sampai raja mengutusku kemari, karena beliau setiap malamnya melihat cahaya turun ke rumahmu ini. Ceritakan padaku hal hal yang belakangan kau alami."

Lalu sibungsu menjelaskan secara detil peristiwa yang di alaminya, "Begini panglima, beberapa waktu yang lalu, Ayahku meninggal, saya melakukan kirim doa (tahlilan) kepada orang tua saya,  beberapa kali kakek tua datang menghadiahiku uang dinar karena hormat saya kepada orang tua saya. Dan saya hanya menerima hadiah darinya 1 dinar yang berkah lalu saya belikan sepasang ikan mas yang ternyata didalam perut ikan tersebut ada sepasang mutiara". Mendengar itu panglima membawa si-bungsu ke-istana dan dibawa ke depan raja. Lalu di hadapan raja ia menceritakannya lagi dan menunjukkan mutiara yang didapatnya itu. Melihat mutiara itu Raja berkata pada si bungsu : "Wahai anak muda, Ini adalah mutiara Mahkota Raja dan satunya lagi Mahkota Ratu yang tidak sembarang orang bisa mendapatkannya, Wahai anak muda, kamu tidak usah pulang, kamu dan Istrimu aku angkat jadi Raja dan Ratu untuk memimpin Istanaku yang satunya.

Itulah asal muasal, Tahlilan yang diceritakan oleh Imam Al Qolyubi bin Salamah dalam Riyadur royanah. Dari kisah inilah Tahlilan menjadi Tradisi yang dibenarkan Syariat. Dari kisah di atas menghadirkan beberapa hikmah antaranya :


  1. Hormat pada orang tua adalah wajib.
  2. Kepada Orang tua atau saudara Muslim jangan karena imbalan lalu mau berbuat baik. Percayalah Allah membalas tiap tiap yang baik dengan yang lebih baik.
  3. Sekecil apa pun rezeki yang penting keberkahannya.
  4. Berdoa, Mendoakan merupakan wasilah penting yang harus dilestarikan.


Mbah Kholil Al Andalasi Disadur dari kisah dalam kitab "Riyadur Royahiin"


Baca juga :
Alumni Universitas Islam Negeri Lampung.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

Mandiri 9000046481967