Ketika Izrail Bertamu
Ada seorang hamba yang begitu taat kepada Tuhan. Sebut saja namanya Mbah Kholil. Mbah Kholil sangat rajin beribadah. Pendeknya, Mbah Kholil ini tak pernah melalaikan Allah setiap saat, aamiin mudah mudahan terwujud.
Suatu hari ada yang bertamu ke tempat tinggal Mbah Kholil. Betapa kaget Mbah Kholil ketika mengetahui siapa gerangan yang datang bertamu. Tamu itu ternyata Kangmas Izrail, si malaikat tukang cabut nyawa. Terjadilah tanya jawab antara Mbah Kholil dengan tamunya itu.
"Wahai sahabatku, Izrail! Apakah perihal kedatanganmu ke mari adalah atas perintah Tuhan untuk mencabut nyawaku, ataukah hanya kunjungan biasa?"
"Ya, Mbah Kholil sahabatku! Kedatanganku kali ini tidak dalam rangka mencabut nyawamu tidak juga mau ngajakin kamu bermain Ludo, karena kita tahu bermain ludo kalau berdua doang kagak seru. Kedatanganku ini hanya kunjungan biasa. Kunjungan seorang sahabat kepada sahabatnya."
Mendengar penjelasan Izrail, maka seketika bersinarlah wajah Mbah Kholil karena gembiranya. Lalu mbah kholil bertanya pada izroil, "apakah sahabat ingin ngopi?... "Maaf sahabat, aku nggak biasa ngopi" jawab izroil. Kemudian mereka bercakap-cakap sampai tiba saatnya Izrail akan pamit.
"Wahai sahabatku, Izrail! Sebagai tanda persahabatan kita, aku ada harapan kepadamu kiranya engkau tidak berkeberatan untuk mengabulkannya."
"Gerangan apakah permohonanmu itu, hai Mbah Kholil sahabatku?"
"Begini, ya Izrail. Jika nanti kau datang lagi kepadaku dengan maksud untuk mencabut nyawaku, maka mohon kiranya engkau mau mengirimkan seorang utusan kepadaku terlebih dahulu. Jika demikian, maka aku ada waktu untuk bersiap-siap menyambut kedatanganmu."
"Oh, begitu? Hai, Mbah Kholil, kalau hanya itu permohonanmu, aku kabulkan. Aku berjanji akan mengirimkan utusan itu kepadamu."
Gembiralah Mbah Kholil menerima janji Izrail. Rupanya Izrail ini berbaik hati mau mengabulkan harapanku, demikian pikir Mbah Kholil.
Demikian kisahnya, waktu pun berjalan. Tahun berganti tahun. Tak terasa bahwa pertemuan antara Mbah Kholil dengan Izrail telah sekian lama berlalu. Kehidupan berlangsung terus sampai suatu ketika Mbah Kholil kaget sekali. Tak disangka-sangka sebelumnya Izrail muncul di rumahnya. Mbah Kholil merasa bahwa kedatangan Izrail ini begitu mendadak, padahal ada komitmen janji Izrail kepadanya.
"Wahai, Izrail sahabatku! Mengapa engkau tak mengirimkan utusanmu kepadaku? Mengapa engkau ingkar janji?"
Dengan tersenyum, Izrail menjawab, "Wahai Mbah Kholil, sahabatku! Sesungguhnya aku sudah mengirimkan utusanku itu kepadamu, hanya kamu sendiri yang mungkin tidak menyadarinya. Coba perhatikan punggungmu, dulu ia tegak tetapi sekarang bungkuk. Perhatikan caramu berjalan, dulu kamu begitu tegap perkasa, sekarang gemetaran dengan ditopang tongkat. Perhatikan penglihatanmu, dulu ia bersinar sehingga orang luluh kena sorotnya tetapi sekarang kabur dan lemah. Ya, Mbah Kholil, bukankah pikiran-pikiranmu sekarang mudah putus asa padahal ia dulu begitu enerjik dan penuh berbagai harapan? Tempo hari kamu hanya menginginkan seorang utusan saja dariku, tetapi aku telah mengirimkan begitu banyak utusanku kepadamu!"

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan