Memahami Kehidupan dan Agama
Sahabat SantriLampung rohimakumullah; Salah satu natur alamiah manusia adalah kebutuhan untuk memahami sesuatu hingga ke esensinya. Demikian pula dalam upaya manusia memahami diri, dunianya, dan agamanya. Dan semakin kita mendalami agama, cepat atau lambat kita akan bertemu dengan sisi batin agama.
Dalam menyelami agama, semakin lama kita akan semakin membutuhkan pemahaman yang lebih presisi tentang hal-hal tertentu. Dan natur kita, manusia, pada akhirnya tidak akan terpuaskan lagi dengan hal-hal yang sifatnya pemahaman tekstual saja, atau mengasosiasikan satu bangunan besar Ad-Diin yang utuh lahir batinnya semata-mata hanya sebagai hafalan dalil-dalil. Di titik ini, manusia membutuhkan makna, sesuatu yang lebih hakiki untuk dipahami, baik dari agama maupun dari kehidupannya sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan yang mendasar, seperti apa hidup itu sebenarnya, mengapa Al-Qur’an tidak mudah dipahami strukturnya maupun esensinya, apa beda iman dan takwa, apa makna presisi dari “yaumid-Diin” (hari Ad-Diin), apa makna “ulil albab”, apa beda “amal” dan “amal shalih”, untuk apa amal jika Allah telah memiliki ketetapan atas segala hal, dan apa maksud Rasulullah SAW yang menjawab dengan “sesungguhnya manusia diciptakan untuk apa-apa yang dimudahkan baginya”, ketika para sahabatnya yang mulia bertanya tentang untuk apa sebenarnya manusia beramal ini adalah contoh-contoh persoalan yang harus terpahami hingga ke hati, dengan pemahaman yang presisi.
Dalam pemahaman yang lebih hakiki, Ad-Diin tidak bisa terpisahkan dari takdir kehidupan kita masing-masing. Baik Ad-Diin, Al-Qur’an, kehidupan ini maupun diri kita, masing-masing adalah sebuah kitab dari Allah Ta’ala yang harus dibuka dan dipahami. Oleh karena itu, untuk memahami diri dan kehidupan adalah dengan memahami Ad-Diin, dan demikian pula sebaliknya.
Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan