Merasa Tawadhu' bukanlah ....
Sahabat SantriLampung yang diramati Allah, terkadang dalam dunia ibadah dan beramal kita kerap dihadapkan tantangan merasa tawadhu', merasa sudah baik, bahkan paling baik, merasa sudah banyak berbuat baik lantas merasa sudah aman, sudah ahli syurga. Naudzubillah kita harus menepis tantangan itu jangan sampai kita terjebak dan binasa karenanya. Ibnu Atthoilah Assakandariy menjelaskan dalam kitabnya ;
مَن أَثْبَتَ لِنَفسِهِ تَوَاضُعًا فَهُوَالمُتَكَبٍّرُ حَقًّا إذ لَيْسَ تَوَاضُعُ إلّا عن رِفعَةٍ فَمَتَى أثبَتَ لِنَفسِكَ تَوَاضُعًا فَأنتَ المُتَكَبِّرُ حَقًّا
Barang siapa merasa dirinya tawadhu' maka sejatinya ia adalah orang yang sombong. Sebab, anggapan diri tawadhu' tidak akan muncul kecuali dari sikap tinggi hati. Maka, saat engkau menyandangkan sebagai orang yang tawadlu' maka berarti engkau benar-benar orang yang sombong.
Tawadhu' ( rendah hati ) adalah usaha keras untuk menjatuhkan dan mengalahkan nafsu. Nasfu selalu ingin sombong dan engkau mengharapkan untuk tawadhu'. Jikalau engkau renungkan dengan sekasama dan engkau berfikir dengan jernih maka engkau akan menemukan kesamaan diantara penciptaan semut dan gajah .
Perwujudan yang tampak dari semut adalah yang ada pada gajah, maka engkau dan anjing pada hakikatnya sa Apabila ada seorang hamba sudah merasa semua hamba sama, atau bahkan menyatakan dirinya orang yang paling hina namun masih ada yang lebih hina maka pada hakikatnya ia adalah orang yang sombong, bukan orang yang tawadhu'. Para 'Arifin tidaklah pernah menyatakan bahwa dirinya memiliki keunggulan dari selainya sama sekali. Mereka melihat bahwa semua makhluk adalah sama. Satu ciptaan dan satu nur. Mereka tidak pernah menyatakan dirinya sombong dan juga tidak tawadhu'. Oleh karenanya , seorang yang menyatakan dirinya adalah tawadhu' maka pada dasar ia adalah seorang yang sombong sebab ia merasa memiliki sifat lebih berupa sifat tawadhu' dari pada makhluk Allah lainnya.
Bukanlah dinamakan sifat tawadhu' jika awalnya muncul dari sebuah kesombongan. Orang yang tawadhu' adalah seorang yang menganggap semua orang sama denganmu atau bahkan lebih baik jika engkau seorang yang durhaka. Abu Yazid berakata " Selama seorang hamba masih melihat makhluk lain lebih hina dari pada dirinya maka ia adalahseorang yang takabbur dan tidak dapat dikatakan tawadhu'.
Sebagian ulama berkata "Barang siapa melihat dirinya lebih berharga dibanding anjing maka ia adalah seorang yang sombong yang dibenci Allah. Hamba hanya akan dapat tawadhu' jika hamba tersebut benar-benar dapat memahami sifat keagunan tuannya .
Nafsu jikalau tidak memiliki sifat rendah dan hina dengan sepenuhnya maka ia tidak akan mampu melihat keagungan Tuhan-nya Al-Junaid R.a berkata "Barang siapa melihat dirinya telah tawadhu' maka ia butuh untuk tawadhu. Andaikata ia terbebas darinya dan ketawadhuannya maka niscaya ia adalah seorang yang tawadhu'. Allah memberi wahyu kepada nabi Musa As, "
Amal yang mampu menghadapku hanyalah yang tawadhu' dan tidak amal seorang sombong dengan makhluk ciptaan-Ku . Selalu merasa takutlah dengan-Ku dan tempuhlah siangmu denan berdizkir kepada-Ku . Jaga nafsumu dari syahwat karena-Ku".
Wa Allahu Alam

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan