Tawakkal dalam Mencari Ilmu

Barangsiapa mempelajari agama Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberinya rizki dari jalan yang tidak di kira sebelumnya

Mencari Ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim sedari buaian sampai liang lahat. Mencari ilmu memang tidak mudah karena membutuhkan guru yang tepat, waktu lama lama, biaya yang banyak. Sehingga perlu kesabaran dan ketawakalan. 

Santri/pelajar harus bertawakal dalam menuntut ilmu. Jangan goncang karena masalah rizki, dan hatinya pun jangan terbawa kesana. 

Abu Hanifah meriwayatkan dari Abdullah Ibnul Hasan Az-Zubaidiy sahabat Rasulullah s.a.w "Barangsiapa mempelajari agama Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberinya rizki dari jalan yang tidak di kira sebelumnya." 

Karena orang yang hatinya telah terpengaruh urusan rizki dari makanan atau pakaian, maka jarang sekali yang dapat menghapus pengaruh tersebut untuk mencapai budi luhur dan perkara-perkara yang mulya. 

Syi'ir menyebutkan : Tinggalkan kemulyaan, jangan kau memburunya Duduklah dengan tenang, maka engkau akan mendapat sandang pangan. 

Ada seorang lelaki berkata kepada Manshur Al-Hallaj: "Berilah aku wasiat!" iapun berkata: "Wasiatku adalah hawa nafsumu. Kalau tidak kau tundukkan, engkaulah yang dikalahkan." Bagi setiap orang, hendaknya menyibukkan dirinya dengan berbuat kebaikan, dan jangan terpengaruh oleh bujukan hawa nafsunya. 

Bagi orang yang berakal, hendaknya jangan tergelisahkan oleh urusan dunia, karena merasa gelisah dan sedih tidaklah akan bisa mengelakkan musibah, bergunapun tidak. Malahan akan membahayakan hati dan akal. Serta dapat merusakan perbuatan-perbuatan yang baik. Tapi yang harus diperhatikan adalah urusan-urusan akhirat, sebab hanya urusan inilah yang akan membawa manfaat.

Baca juga :

Mengenai sabda Nabi saw. "Sesungguhnya ada diantara dosa yang tidak akan bisa dilebur kecuali dengan susah atas urusan kehidupan akhirat". Maksudnya adalah susah yang dalam batas-batas tidak merusak amal kebaikan dan tidak mempengaruhi konsentrasi dan khusu' sewaktu shalat. Kadar tersebutlah yang terhitung amal akhirat. Wajib bagi seorang pelajar dengan sekuat tenaga untuk menyedikitkan kesibukan duniawinya. Dan karena itulah, maka banyak pelajar-pelajar yang lebih suka belajar diperantauan. Juga harus sanggup hidup susah dan sulit di waktu kepergiannya menuntut ilmu. 

Sebagaimana Nabi Musa as. Waktu pergi belajar pernah berkata: "Benar-benar kuhadapi kesulitan dalam perjalananku ini" padahal beliau tidak pernah berkata yang sedemikian itu di dalam perjalanan selainnya. Hendaknya pula menyadari bahwa perjalanan menuntut itu tidak akan lepas dari kesusahan. Yang demikian itu, karena belajar adalah salah satu perbuatan yang menurut sebagian besar ulama lebih mulya dari pada berperang. 

Besar kecil pahala adalah berbanding seberapa besar letih dan kesusahan dalam usahanya. Siapa bersabar dalam menghadapi segala kesulitan di atas, maka akan mendapat kelezatan ilmu yang melibihi segala kelezatan yang ada di dunia. 

Hal ini terbukti dengan ucapan Muhammad Ibnul Hasan setelah tidak tidur bermalam malam lalu terpecahkan segala kesulitan yang dihadapinya, sebagai berikut: "dimanakah letak kelezatan putra-putra raja, bila dibandingkan dengan kelezatan yang saya alami kali ini." 

 Hendaknya pula pelajar tidak terlena dengan segala apapun selain ilmu pengetahuan, dan tidak berpaling dari fiqh. Muhammad berkata: "Sesungguhnya perbuatan seperti ini, adalah dilakukan sejak masih di buaian hingga masuk liang kubur. Barangsiapa meninggalkan ilmu kami ini sesaat saja, akan habislah masa hidupnya."

Ada seorang Ahli Fiqh yaitu Ibrahim Ibnul Jarrah, ia sempat menjenguk Abu Yusuf yang tengah sakit keras hampir wafat. Lalu atas kemurahan hati Abu Yusuf sendiri, berkatalah ia kepada Ibrahim: Manakah yang lebih utama, melempar jumrah dengan berkendaran atau dengan berjalan kaki? Ibrahim pun tidak bisa menjawab, maka ia jawab sendiri : "Sesungguhnya melempar dengan berjalan kaki itu lebih disukai oleh orang dahulu." 

Demikian pula, hendaknya sebagai Ahli Fiqh kapan saja selalu fokus dengan fiqhnya. Dengan cara begitulah ia memperoleh kelezatan yang amat besar. 

Ada dikatakan, bahwa Muhammad setelah wafat pernah ditemukan dalam mimpi, lalu kepadanya diajukan pertanyaan : "Bagaimana keadaan tuan waktu nyawa dicabut?" jawabnya: "Di kala itu saya tengah mengangan-angan masalah budak mukatab, sehingga tak kurasakan nyawaku telah terlepas."

Ada dikatakan pula bahwa di akhir hayatnya Muhammad sempat berkata : "Masalah-masalah mukatab menyibukan diriku, hingga tidak sempat menyiapkan diri dalam menghadapi hari ini. "Beliau mengucap seperti ini, karena tawadlu".

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
72949 24799 75157

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk