Persepsi salah Seputar Safar

 ۞بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ۞

Sahabat SantriLampung yang budiman, Ada sejumlah mitos bulan Safar adalah bulan sial. Ini adalah Persepsi yang salah kaprah. Untuk lebih jelasnya mari kita ulas...

Nama bulan Safar diambil dari kata "صَفَر" (safar) dalam bahasa Arab, yang berarti "kosong". Dinamakan Safar karena masyarakat Arab saat itu berbondong-bondong keluar mengosongkan daerahnya, baik untuk berperang atau bepergian jauh.   

Menukil dari buku “Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah” terbitan Balai Pustaka, Bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharam dalam kalender Hijriyah yang berdasarkan tahun qomariah ( Perkiraan bulan mengelilingi bumi).

Selain diambil dari kata kosong (safar), ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab Jahiliyah pada masa dahulu, yakni penyakit Safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya.

Itulah sebabnya mereka menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan kejelekan. Pendapat lain juga menyatakan bahwa Safar adalah sejenis angin berhawa panas yang menyerang bagian perut dan mengakibatkan orang yang terkena menjadi sakit.

Karena itulah beberapa orang di masa lalu mungkin memiliki keyakinan atau kepercayaan tertentu terkait dengan bulan Safar, menganggapnya sebagai bulan yang membawa sial atau kesialan. Benarkah demikian?

Baca juga :

Sebagiamana diketahui, dalam sejarahnya orang Arab jahiliah beranggapan m terdapat kesialan pada bulan Safar. Pemikian jahiliah ini pun masih diwarisi oleh segelintir umat Islam zaman ini akibat lemahnya keimanan dalam jiwa.

Mereka beranggapan bulan Safar adalah bulan di mana Allah menurunkan kemarahan dan hukuman ke atas dunia. Oleh karena itu, banyak musibah dan bencana terjadi pada bulan Safar, khususnya pada Rabu Minggu terakhir.

Namun, penting untuk dicatat bahwa pandangan ini ternyata tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam yang shahih. Dalam Islam, tidak ada bukti yang menghubungkan bulan Safar dengan kesialan atau peristiwa buruk.

Seperti bulan-bulan lainnya, bulan Safar netral dari kesialan atau ketentuan nasib buruk. Jika pun ada kejadian buruk di dalamnya, maka itu semata-mata karena faktor lain, bukan karena bulan Safar itu sendiri.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Safar.” (HR Bukhari 5437, Muslim 2220, Abu Dawud 3911, Ahmad [II/327]).

Sebagai Muslim, kita dianjurkan untuk menghindari kepercayaan atau praktik-praktik yang tidak memiliki dasar dalam ajaran agama. Bulan-bulan dalam penanggalan Islam adalah ciptaan Allah dan tidak memiliki kekuatan sendiri untuk membawa sial atau kesialan.

Lalu bagaimana dengan istilah Rabu wekasan dan diturunkannya bala'  [Baca Jawabannya disini]

Dalam ajaran Islam, yang penting adalah keimanan, ketakwaan, dan amal baik. Oleh karena itu, penting untuk tidak terjebak dalam pandangan yang tidak benar terkait dengan bulan-bulan tertentu, termasuk bulan Safar, dan tetap berpegang pada ajaran agama yang sahih. Pokok apapun yang terjadi semuabkarena kehendak Kun FayakunNya Allah, itu semuanya baik dan memiliki nilai Maslahat. 

Semoga bermanfaat.

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
72995 24821 75204

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk