Struktur Manusia Nafs Jiwa

Unsur atau struktu manusia kedua, adalah nafs. Nafs, dalam bahasa kita disebut jiwa. Bahasa sanskrit menyebutnya dengan istilah sukma. Dalam bahasa Arab kata nafs kerap dimaknai sebagai diri, karena sesungguhnya yang disebut diri manusia bukanlah jasadnya, melainkan jiwanya. Nafs adalah diri yang seharusnya menjadi pengendali atau pengendara jasad. Nafs tidak sama dengan ruh.

Jika jasad terbuat dari satuan unsur-unsur saripati tanah, maka jiwa dibentuk dari cahaya. Bukan cahaya fisik berupa gelombang elektromagnetik seperti cahaya lampu senter, melainkan cahaya ilahiah, nur ilahi. Jika dimisalkan bahwa Allah adalah sumber cahaya, maka nafs diciptakan dari cahaya yang memancar dari sumber cahaya tersebut. Nafs pada dasarnya tidak membutuhkan ruh untuk hidup—nafs yang berasal dari cahaya Allah telah hidup walaupun tanpa ruh.

Nafs-lah yang menjadi hakikat ke-insan-an seseorang. Nafs-lah yang menjadi sasaran pendidikan Allah Ta’ala, untuk diajari tentang Dia dan ayat-ayat-Nya, sehingga ia mampu mempersaksikan bahwa segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri, adalah Al-Haqq—Al-Haqq adalah salah satu nama Allah Ta’ala.

سَنُرِ‌يهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَ‌بِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Akan Kami perlihatkan ayat-ayat kami hingga seluruh ufuk dan dalam nafs-nafs mereka sendiri, hingga menjadi jelas bagi mereka bahwa itu adalah Al-Haqq. Tidakkah cukup bahwa Rabb-mu, sesungguhnya Dia, atas segala sesuatu, menjadi saksi? – Q.S. Fushshilat [41]: 53.

Baca juga :

Sedikit mengoreksi dugaan umum, bahwa ketika telah menyaksikan dengan sebenar-benarnya bahwa di dalam diri terdapat Al-Haqq sebagaimana tercantum dalam ayat di atas, itu tidak sama dengan mempersaksikan bahwa diri adalah Allah. Itu lebih kepada berhasil melihat dan mempersaksikan bahwa segala sesuatu, termasuk diri sendiri, adalah ayat Allah, dan menjadi salah satu tempat di mana Allah Ta’ala menyimpan Al-Haqq, kebenaran tertinggi, yang berhasil dipahaminya.

Untuk tujuan mengenal ayat-ayat Allah dan Al-Haqq inilah nafs ditempatkan di alam mulk—alam kita ini—dan diberi kendaraan sekaligus pakaian yang sesuai untuk hidup di alam mulk, karena berasal dari alam yang sama: jasad. Meski demikian, nafs sesungguhnya bukan penghuni alam mulk. Ia berasal dari alam yang disebut alam malakut, alam yang merupakan tempat natural bagi jiwa-jiwa suci dan malaikat.

Namun, bagi jiwa-jiwa yang belum suci dan masih membawa dosa ketika meninggalkan alam mulk, mereka terikat untuk disucikan di sebuah alam perantara yang disebut alam qubr (alam kubur). Alam qubr adalah perantara (barzakh) antara alam dunia (mulk) dan alam malakut.

Nafs inilah yang harus berubah, dari kondisi terendah menjadi kondisi sebagaimana seharusnya. Perubahan kondisi nafs adalah syarat agar Allah mengubah kondisi insan. Kita mengubah keadaan nafs, maka Allah pun akan mengubah keadaan kita secara menyeluruh.

إِنَّ اللَّـهَ لَا يُغَيِّرُ‌ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُ‌وا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Sesungguhnya tidaklah Allah akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan nafs-nafs (jiwa-jiwa) mereka.” – Q.S. Ar-Ra’d [13]: 11.

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk