Syahwat dan Hawa Nafsu

Sahabat SantriLampung rohinakumullah; Ada tiga unsur utama pembentuk manusia yakni : jasad (jism, badan), jiwa (nafs), dan ruh. Ketiga unsur ini saling terkait dan berinteraksi. Nah, dari interaksi ketiga unsur ini, kita akan mengenal beberapa unsur lain.

Syahwat

Ketika nafs ditugaskan untuk hidup di dunia, ia diletakkan ke dalam kendaraan jasad. Jasad berasal dari bumi, dan ia pun sangat menyukai kesenangan-kesenangan yang berasal dari alamnya. Ia menyukai makanan dan minuman, lawan jenis, hubungan seksual, kecantikan atau ketampanan, dan semacamnya. Syahwat adalah daya-daya yang berasal dari jasad, yang memberi pengaruh pada nafs. Fungsi syahwat adalah untuk kelangsungan hidup si jasad di bumi ini—ia tidak dapat hidup dengan baik di dunia jika tidak makan, minum, dan berketurunan.

Dari penyatuan antara nafs dan jasad, daya-daya jasadi ini memberi pengaruh pada nafs yang suci, yang masuk ke dalam jasadnya—bahkan mendominasi nafs-nya. Dalam hal ini, orientasi nafs-nya menjadi sama dengan orientasi syahwat, sehingga ia kehidupannya di dunia hanya untuk mencari hal-hal yang digemari oleh syahwatnya itu.

Baca juga :

Syahwat sendiri bukan sesuatu yang buruk, sebenarnya. Fungsi syahwat adalah untuk kelangsungan hidup jasad di alam dunia. Namun syahwat baru menjadi buruk jika ia menguasai, mendominasi, atau memperbudak tuannya: nafs.

Jadi, dalam tingkatan nafs sebelumnya, nafs ammarah bi su’ adalah nafs yang dikuasai syahwatnya. Nafs Lawwamah adalah nafs yang dipengaruhi syahwatnya. Sedangkan nafs muthma’innah adalah nafs yang bebas dari syahwatnya, bahkan syahwatnya telah tunduk pada sang nafs.

Hawa Nafsu

Hawa Nafsu berbeda dengan syahwat. Jika dalam penyatuan jiwa dan jasad tadi, daya-daya jasadi yang memengaruhi jiwa disebut syahwat, maka di sisi lain, penyatuan ini juga melahirkan “anak-anak”, yaitu oknum-oknum batin yang sifatnya tengah-tengah, antara jasad dan jiwa. Sesuai namanya, ia adalah hawa dari nafs—sekadar hawanya, dan bukan nafs yang sejati. Ia tidak jasadi sepenuhnya, namun juga tidak malakuti sepenuhnya.

Contoh hawa nafsu ini adalah marah, kesombongan, bangga diri, malas, takut, dendam, ragu, gelisah, putus asa, bahkan hawa nafsu beragama seperti ingin puasa terus-menerus, ingin shalat terus-menerus, dan tidak peduli dengan tanggung jawab mencari penghidupan, misalnya.

Hawa Nafsu ini ribuan jumlahnya dalam diri setiap manusia. Fungsinya adalah untuk melindungi dan membantu nafs—ia disebut sebagai tentara batin. Mereka semua adalah prajurit, yang seharusnya dikomando oleh nafs muthma’innah untuk mencapai tujuannya, yaitu melaksanakan mandat yang dibawanya dari Allah ta’ala. Namun, persoalannya adalah ketika para prajurit—syahwat dan hawa nafsu—justru menguasai pimpinannya dan mengambil alih kepemimpinan. Nafs, yang ditempatkan di dunia ini untuk sebuah tujuan agung: menjadi perpanjangan kuasa Allah di muka bumi untuk memakmurkan alam semesta (khalifah), pada akhirnya hanya hidup di dunia untuk tujuan yang sangat dangkal: sekadar untuk memenuhi keinginan syahwat dan hawa nafsunya saja.

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
71919 24323 74127

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk