Tujuan Penciptaan Insaan
Pada manusia (kita) Dia (Allah) telah merancangnya dengan amat sangat terukur, penuh perhitungan: di masa apa ia akan lahir, kapan ia akan wafat, dari pasangan orangtua yang mana, sebagai bangsa apa, bagaimana bentuk fisiknya, apa saja kekuatannya, apa kelemahan-kelemahannya, apa yang ia sukai dan apa yang tidak ia sukai. Ini semua Dia rancang dan Dia tetapkan. Semua kombinasi kadar-kadar ini dikumpulkan dalam setiap diri kita, manusia. Dan tidak ada satu pun dari kita yang memiliki kadar-kadar yang sama, bahkan bagi sepasang anak kembar sekalipun.
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut kadar (ukuran). – Q.S. Al-Qamar [54]: 49.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّـهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّـهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang tawakal kepada Allah, sungguh Dia akan mencukupinya. Sungguh, Allah pasti menyelesaikan amr (urusan)-Nya. Sungguh, Allah telah menetapkan atas segala sesuatu kadar-kadar. – Q.S. Ath-Thalaaq [65]: 3
Untuk apa semua kadar-kadar pada diri kita itu? Kita didesain dengan semua kombinasi itu—unggul dan mudah di hal-hal tertentu namun lemah dan kalah di hal yang lain; suka hal tertentu dan tidak suka hal lainnya—adalah agar kita masing-masing cenderung untuk mengarah ke hal-hal tertentu dan mudah dalam melakukan tugas-tugas yang terkait dengan itu. Artinya, agar setiap kita bisa mencermati “bakat langit” ini dengan sangat saksama, dan mulai mengarah ke peran-peran tertentu atau fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan kita masing-masing.
Kita mungkin saja tidak bisa melukis dengan baik, namun sangat mudah dalam mengerjakan matematika. Atau, sejak kecil tidak mudah untuk memahami konsep-konsep sains (meski sudah belajar keras dan mengikuti les sepulang sekolah), namun ternyata sangat mudah dalam mengerti rincian bahan-bahan penyusun di balik rasa setiap makanan yang sampai ke lidah. Mungkin tidak berbakat di bidang fisik maupun olahraga, tapi di sisi lain ia sangat brilian dalam meyakinkan orang lain. Ini semua bagian dari kadar-kadar diri itu: bahwa masing-masing kita sebenarnya akan sulit untuk menjadi yang terbaik dalam bidang-bidang tertentu, namun di sisi lain, akan sangat mudah bagi kita untuk melakukan hal-hal tertentu lainnya dengan sangat baik—yang tidak semua orang bisa melakukannya. Berusaha memahami natur diri ini adalah upaya paling awal untuk memahami sebuah pengetahuan diri tentang misi hidup.
…(Ya Rasulullah) apakah gunanya amal orang-orang yang beramal?” Beliau SAW menjawab, “Tiap-tiap diri bekerja sesuai dengan untuk apa dia diciptakan, atau menurut apa yang dimudahkan kepadanya. – H.R. Bukhari no. 1777.
Sejak awal sekali, Allah telah mempersiapkan natur kita demi sebuah fungsi. Kita dipersiapkan untuk mudah melakukan bidang-bidang tertentu. Kita diberi-Nya semangat tinggi, kemampuan dan kemudahan, dalam bidang-bidang tertentu.
Kelak, dengan semakin terbukanya qalb kita dan semakin tertuntun pula oleh petunjuk-petunjuk-Nya, Dia akan membuka pada kita sebuah amanah ilahiah, yang dahulu kala, sebelum alam semesta diciptakan-Nya, telah Dia sematkan ke dalam dada jiwa kita masing-masing. Ada sebuah amanah, sebuah misi, yang harus kita temukan dan tunaikan di masa hidup kita.
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya telah Kami tawarkan Al-Amanah kepada seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung, namun mereka enggan untuk memikulnya karena takut (untuk memikulnya). Dan dipikullah (amanah) itu oleh Al-Insan. Sungguh ia (insan) adalah zalim dan bodoh. – Q.S. Al-Ahzab [33]: 72.
Amanah ilahiah ini, yang merupakan manifestasi dari kadar-kadar diri kita, secara awam disebut juga “kodrat diri” atau Qudrah Allah atas diri kita. Kata “kodrat” atau “qudrah” berasal dari bahasa arab “qudrah”, yang berarti “kuasa”. Dengan menemukan qudrah diri kita, artinya kita berhasil membuka Qudrah Ilahi, kuasa Allah, yang pernah dia letakkan dalam diri kita. Dengan kata lain, ketika itu kita diberi-Nya kuasa untuk menjalankan amanah sebagai wakil-Nya di muka bumi ini, untuk mengabdi (ya’bud) kepada-Nya secara hakiki sebagai khalifah, untuk memakmurkan alam semesta sesuai kadar diri dan qudrah diri kita masing-masing.
Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan