Jangan jadi Manusia jika ...

Sahabat SantriLampung yang dimuliakan Allah; "Jangan menjadi manusia jika ingin bebas dari komentar orang." inilah tajuk yang akan kita bahas pada kesempatan yang berbahagia ini. 

Awalan saya ingin bercerita tentang Luqman Al Hakim beliau seorang ahli hikmah yang digelari sebagai bapaknya ahli hikmah, nama beliau di abadikan dalam sebuah surat di Al Qur'an yakni surat Luqman. 

Dikisahkan dalam sebuah riwayat, bahwa pada suatu hari Luqman al-Hakim telah memasuki pasar dengan menaiki seekor himar (keledai), sedangkan anaknya mengikutinya dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, orang-orang berkata (berkomentar), “Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa (tak tahu diri), ia asik naik keledai sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki.” 

Setelah mendengarkan desas-desus dari orang-orang tersebut maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat keduanya, maka orang di pasar itu berkata pula, “Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh kurang ajar anak itu.”

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun naik ke punggung himar itu bersama anaknya. Kemudian orang-orang berkata lagi, “Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, mereka sungguh menyiksa himar itu dan tidak berbelas kasihan.” 

Baca juga :

Karena ia tidak suka mendengar percakapan orang, Luqman dan anaknya turun dari himar itu, berjalan kaki sambil menuntun himarnya kemudian terdengar lagi orang berkata, “Dua orang berjalan kaki, dan himar itu tidak dikendarai, apalah gunanya himar itu.” 

Dalam perjalanan pulang, Luqman al-Hakim menasihati anaknya mengenai sikap manusia dan ucapan-ucapan mereka. Ia berkata, “Sesungguhnya tidak ada seseorang pun yang lepas dari ucapannya. Maka orang yang berakal tidak akan mengambil pertimbangan kecuali kepada Allah saja. Siapa pun yang mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya.”

Dari kisah di atas, jelaslah bahwa apa pun yang dilakukan seseorang, akan selalu ada saja komentar dari orang lain. Dan orang yang bijaksana tidak akan melepaskan ucapannya kecuali ia akan selalu bersandar kepada Allah yang mengetahui kebenaran dengan berucap Wallahu a'lam.

Dikomentari orang dalam urusan atau aktifitas  hidup kerap menjadikan kita risih sebagaimana yang dirasakan oleh Imam Al Hakim pada kisah di atas, bahkan bisa sampai kepada jengkel jika komentar orang sangat negatif dan sensitif. 

Ketahuilah sahabat bahwa kita hidup tidak lepas dari komentar orang sekitar, bahkan kita sendiri terkadang juga berperan aktif dalam mengomentari orang lain. Jangankan hanya sekedar kita manusia yang awam, Allah dan Rosulullah pun pernah mengalami dikomentari oleh manusia, padahal secara level gak akan pernah sebanding. Tapi ya sudah! begitulah nyatanya kehidupan.  Komentar atau mengomentari itu adalah hal lumrah dan bagian dari kehidupan yang kita tidak bisa lepas darinya. Dan sekira ingin bebas dari komentar orang; janganlah jadi manusia.

Sebagai muslim yang baik, kita harus bijak dalam hal berkomentar, ketika kita melihat seseorang yang dirasa tidak bersesuaian, sebaiknya kita menahan diri untuk melepas ucapan, cukup dihati saja, jangan sampai ucapan itu lepas menjadi perbuatan ghibah (rasan-rasan alias gosip) atau namimah (hasud). sebab kita tidak tahu kebenarannya. Kita ambil contoh "ketika Lukman dan anaknya berjalan kaki menuntun himar dari pasar bukan karena bodohnya tetapi boleh jadi saja karena mereka ingin jalan sehat sambil menuntun khimarnya. Sandarkan segala apa yang kita tidak tahu persis kebenarannya kepada Allah itu akan  menyelamatkan kita.

Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
74567 25716 76776

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk