Semerbak Iman Siti Mashitah
Bicara soal keimanan, setiap tahun kita mendengar peristiwa “Isra' dan Mikraj”, terutama kehebatan keimanan anak Firaun, tukang cukur Masita. Firaun menjadi sombong dan angkuh karena besarnya kerajaannya dan pengaruhnya yang besar terhadap rakyat Mesir. Dia mengaku sebagai Tuhan yang agung dan memusuhi siapa pun yang menyembah apa pun selain dirinya. Bahkan, dia akan membunuh siapa saja yang tidak mengakui Firaun sebagai Tuhan.
Masita bekerja di istana Firaun, namun dalam hati kecilnya ia tetap beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan segala makhluk di muka bumi ini, termasuk Firaun yang mengaku sebagai Tuhan, Dialah pula yang melakukannya. Dia merahasiakan keyakinan ini dari Firaun dan sekutunya. Suatu hari, ketika dia sedang menyisir rambut putra Firaun, sisir yang dipegangnya terjatuh.
Masita marah dan berkata, "Firaun Mampus! "Ketika putra Firaun mendengar kata-kata yang menghina ayahnya, dia berkata: “Mengapa kamu mengatakan hal itu kepada ayahku? ” Apakah ada tuhan selain ayah? ” ``Benar! Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah Allah. '' Ketika putra Firaun mendengar kata-kata itu, dia menjadi marah. ``Sebaiknya kamu kembali atau aku akan memberitahu ayahku,'' desak Mashiita, ``Pergi dan beritahu ayahmu. '' Saya teguh pada pendirian saya bahwa Tuhan yang sejati adalah Allah.
Firaun mengancam akan membunuh Masita dan keluarganya jika tidak mengubah sikap. Keesokan harinya, keluarga Mashiita dibawa ke tempat terbuka, di depan kuali besar berisi minyak yang sangat panas. Firaun ingin membuang seluruh keluarga Masita, termasuk putranya yang masih kecil, ke dalam minyak panas jika Masita tidak mengakuinya sebagai dewa.
Iman Masita tidak hilang meski menghadapi ancaman pembunuhan. Melihat keteguhan iman Masita, Firaun memerintahkan tentaranya untuk melemparkan keluarga Masita satu per satu ke dalam kawah besar. Saat tiba giliran putra kecilnya, Masita menangis iba. Hatiku tidak bersedih saat melihat anakku tercinta dilempar ke dalam kuali berisi minyak panas. Masita memintanya untuk meninggalkan dirinya terlebih dahulu, bukan putranya.
Tiba-tiba, dengan kuasa Tuhan, anak kecil saya membuka mulutnya dan berkata, ``Bu, jangan sedih. Ayo! ``Lemparkan aku ke dalam kawah. ''
Mashiita dan orang-orang di sekitarnya terkejut melihat bayi itu bisa berbicara. Masita menjadi lebih percaya diri dan tekun setelah mendengar perkataan putranya. Ia menawarkan anaknya untuk dibuang ke kawah. Tanpa henti, prajurit Firaun terus melemparkan putra Masita ke dalam minyak panas. Mashiita kemudian dibawa ke tepi kawah panas dan dibuang ke dalamnya. Demikianlah Masita terus menjunjung tinggi kebenaran imannya hingga ia dan keluarganya dibunuh oleh Firaun.
Keberanian perempuan yang memperjuangkan kebenaran dan iman dicatat setiap tahunnya dan dikenang oleh seluruh umat manusia. Dalam kasus Israq Mikrai, Nabi tiba di tempat yang sangat harum. Malaikat Jibril menggambarkan tempat itu sebagai tempat peristirahatan Masita dan keluarganya.
Perhatian Bagi para pemimpin yang sombong dan mengklaim kebesaran sebagai pemimpin, yang angkuh dan angkuh serta berpura-pura menjadi manusia super bercakar besi, jelas mereka mewarisi sifat-sifat firaun terkutuk itu. Nauzubilla!
Akhlak dan Nasehat Mereka yang mengorbankan jiwa dan raganya demi membela kebenaran diberi kedudukan yang tinggi di mata Tuhan. Bukan lelaki saja yang mempunyai semangat yang kental dan tinggi dalam memperjuangkan kebenaran.
Golongan wanita yang dianggap kaum yang lemah juga mempunyai keberanian dengan izin Allah Allah menetapkan hati hamba yang mencari keredhaanNya sehingga seorang bayi mampu bercakap dalam usia yang paling muda. Anak Masyita adalah salah seorang bayi yang boleh bercakap semasa kecil lagi. Contoh lain ialah anak Siti Mariam yang menafikan ibunya melahirkan anak haram.
Orang yang Allah tidak kehendaki keimanannya dibiarkan mereka hidup dalam kezaliman sehingga menyangka keburukan sebagai kebaikan dan kebaikan pula dipandang sebagai kejahatan.
Manusia jangan menyangka mereka mudah saja dibalas dengan syurga selagi tidak diduga dengan pelbagai musibah dan kesusahan. Dunia adalah tempat bersusah-payah, manakala akhirat ialah tempat kesenangan abadi. Prinsip dan pegangan hidup orang tua-tua, "Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian" seharusnya dijadikan pedoman hidup bagi kita.
Manusia yang senang kehidupannya tanpa diduga oleh Allah belum lagi diiktiraf keselamatannya di akhirat Kesenangan di dunia belum boleh dijadikan bukti sebagai tanda Allah menyayangi mereka. Begitu juga kesusahan di dunia bukan menjadi bukti bahawa Allah membenci mereka.
Kesenangan di dunia bukan menjadi kayu pengukur kepada kesenangan di akhirat. Kesusahan di dunia pula bukan menjadi kayu pengukur kepada kesusahan di akhirat.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan