Kuatnya Arus Dunia

"Kenikmatan Allah dalam bentuk nenghindarkanku dari dunia lebih utama daripada kenikmatan-Nya berupa pemberian-Nya dalam urusan dunia". (Abu Hazim). 

Saudaraku pembaca SantriLampung yang budiman, Tak satupun orang yang mau merugi. Tak mungkin ada orang yang senang memperoleh kesengsaraan dan penderitaan. Apalgi bila kerugian, kesengsaraan dan penderitaan itu sifatnya abadi dan selama-lamanya. Tak ada juga orang yang mau menolak kesempatan hidup senang dan penuh kenikmatan. Apalagi bila ke untungan, kesenangan dan kenikmatan itu bersifat abadi. 

Ya. Inilah yang diuraikan oleh Imam Ibnul Qayyim. "Bagaimana orang yang berakal mau menjual surga dan segala isinya dengan nafsu syahwat yang kenikmatannya hanya sebentar?" 

Alangkah indahnya komentar seorang zahid, Yahya bin Mu'adz tentang hal ini saat ia mengatakan, "Pembangkangan terhadap Allah itu tidak mulia dan mengutamakan dunia atas akhirat itu adalah tidak bijaksana." Maksudnya adalah karena orang yang hina dan bodoh selalu melihat pada masalah syahwat saja, tapi tidak pada akibat yang ditimbulkannya. 

Saudaraku yang beriman, Jangan terjebak jatuh mengikuti daya tarik duniawi yang memang sudah sangat menggiurkan itu. Ingatlah, bahwa yang akan lenyap itu disegerakan pemberiannya oleh Allah swt. Dunia ini tidak abadi, dan orang yang memilihnya dengan mengabaikan keakhiratan, bisa aja diberikan oleh Allah sebagai kenikmatannya. Tapi hal itu akan berakibat mengharamkan kelezatan akhirat yang abadi.

Syaikh Muhammad AI Maraghi menafsirkan firman Allah dalam surat Al Isra ayat 18,


"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka Kami segerakan baginya kehidupan di dunia itu apa yang Kami kehendaki, bagi orang yang Kami kehendaki, dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam, ia kan memasukinya dalam keadaan dalam keadaan tercela dan terusir". 

Berkata Al Maraghi, bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah orang yang menginginkan dunia dengán segera. Untuk dunia ia bekerja dan berusaha, untuk dunia ja berharap, tapi ia tidak yakin dengan hari akhir. la tidak berharap pahala, tidak takut pada hukuman Allah atas apa yang ia kerjakan. Allah swt akan berikan bagiannya di dunia sebagaimana Allah kehendaki dari keluasan rezki, dan keluasan penghidupan. Kemudian Allah tempatkan dia di akhirat, di neraka jahannam dalam kondisi tercela karena ia sedikit bersyukur dan karena keburukan amalnya." (Tafsir Al Maraghi, 5/27). 

Saudaraku pembaca SantriLampung yang dikasihi Allah, Kita jadi mengerti latar belakang sikap para sahabat dan para salafushalih lainnya yang sangat takut dan sensitif pada harta dunia. Hingga, salah seorang mereka begitu waspada melihat berkucurnya nikmat duniawi pada salabh seorang dari mereka. Lihatlah bagaimana perkataan Abu Halim Salmah bin Dinar, seorang tokoh generasi tabi in yang mengatakan, "Jika engkau mendapati Allah Swt memberikan nikmat-Nya kepadamu dalam kondisi engkau melanggar perintah-Nya maka berhati-hatilah.'" (Shifatush Shafwah 2/157). 

Abu Hazim juga yang mengatakan, "Kenikmatan Al lah dalam bentuk menghindarkanku dari dunía lebih utama daripada kenikmatan-Nya berupa pemberian-Nya dalam urusan dunia. Karena aku melihat Allah swt memberikan dunia kepada suatu kaum, tapi kemudian kaum itu hancur." (Sivar A'lam Nubala, 6/985).

Saudaraku yang dirahmati Allah, Mari kuatkan pegangan tangan kita pada tali iman. Karena tarikan dunia sungguh menawan dan mampu menarik kita untuk mengikuti arusnya yang semakin deras. Betapa banyak waktu yang telah kita gunakan untuk kepentingan duniawi, ketimbang kepentingan akhirat. Mengena sekali ungkapan seorang tabi' in yang bernama Aun bin Abdillah, "Sesungguhnya orang-orang sebelum kami mereka menjadikan dunia sebagai sisi dari kepentingan akhirat mereka, sementara kalian menjadikan akhirat sebagai sisa dari kesibukan dunia kalian." (Sifatush Shafiwah, 3/ 101). 

Kenali dan sadarilah bahayanya arus dan tarikan dunia. Insafilah bahwa dunia itu memang penuh badai fitnah yang bisa menghancurkan hidup seseorang. Jika kita terus menerus lalai dari akhirat dan membeli dunia dengan mengorbankan akhirat, maka kita sungguh berada dalam bencana dan ancaman bahaya yang sangat besar. Menye Tet pada kemaksiatan yang mungkin menjadi penutup usia yang Allah berikan selama ini. "Ya. Allah, lindungkami dari akhir hidup yang buruk..." 

Zainal Abidin Ali bin Husein pernah ditanya, "Siapa- kah orang yang paling terancam bahaya?" la mengatakan, "Yang tidak melihat dunia sebagai bahaya untuk dirinya." (Uyun Akhbar, 2/230). 

Lari dari dunia tidak berarti meninggalkan dunia secara keseluruhan kemudian membiarkannya dikuasai orang-orang penghamba nafsu untuk digunakan semau mereka. Sementara kita lebih memilih miskin dari kaya. Lari dari dunia berarti tidak menjadikan dunia cita-cita akhir dalam hidup. Tidak menempatkan dunia di atas kepentingan akhirat. Tidak menyediakan aktivitas untuk dunia dengan mengabaikan aktivitas untuk akhirat. Dunia yang tidak menyibukkan kita dari ibadah kepada Allah swt yang menciptakan kita untuk beribadah. 

Saudaraku, Setidaknya ada dua hal yang penting kita garis bawahi dari firman Allah swt surat Al Isra ayat 18, tentang pilihan orang yang jatuh pada dunia. Meski dalam ayat itu Allah menyebutkan akan memberi dunia kepada orang yang menghendaki kesegeraannya di dunia, tapi pemberian itu terikat dengan dua syarat: 

Syarat pertama, Allah sebutkan pemberian itu adalah sebatas "maa nasyaa" yang artinya sebatas yang Allah kehendaki untuk disegerakan. Bukan sebagaimana kehendak orang yang menginginkannya. Karena itu kita juga banyak melihat orang yang menghendaki kesegeraan kenikmatan harta di dunia pun tidak memperoleh apa yang ia inginkan sepenuhnya. 

Syarat kedua, fiman Allah itu juga diiringi dengan ungkapan "liman nuriidu" yakni kepada siapa yang kami kehendaki. Artinya, tidak semua orang juga memperoleh itu kecuali yang Allah kehendaki. (Tafsir Al Maraghi, 5/27). 

Maka, jelas-jelas merugilah orang yang menghibahkan hidupnya hanya untuk dunia. Karena belum tentu ia memperoleh kenikmatan yang diingini, tapi ia dijamin dengan kesengsaraan yang tiada terkira.

Baca juga :
Pasang Iklan

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Santri Lampung

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Muhasabah Diri

  1. Siapakah aku ?
  2. Siapa yang menghidupkan aku ?
  3. Untuk apa aku dihidupkan ?
  4. Hidup dibumi siapa aku ?
  5. Kemana umurku menuju ?

  • Kenapa aku belum siap ?
  • Bagaimana jika esok mati ?
  • Siapa aku setelah itu ?
  • Apa saja perbekalanku ?
  • Di syurga atau neraka nasibku ?

Mbah Kholil Ganteng
Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk