Sifat Aqidah Ahli Sunnah wal jamaah

Sifat aqidah ahli sunah wal jamaah yang harus difahami oleh setiap muslim dengan baik untuk menyempurnakan aqidah.

Bismillahirrohmanirrohim Segala puji hanyalah milik Allah. Kita memuji-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya. Kita juga memohon ampunan dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu kita dan keburukan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. 

Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang hak disembah) selain Allah, Dia saja, dan tiada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya. Amma ba'du.

Kami telah menulis ta'liq (komentar) terhadap tema-tema yang dibahas dalam Kitab At-Tauhid yang ditulis oleh Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab, semoga Allah menyucikan ruhnya, yang ternyata telah memberikan manfaat dan pertolongan bagi orang-orang yang sibuk serta bantuan bagi para mu'allim (pengajar), karena di dalamnya terdapat perincian-perincian yang bermanfaat dan kejelasan. 

Pada kesempatan ini, SantriLampung memandang perlu menuliskan pengantar ringkas yang mengandung penjelasan umum mengenai akidah Ahlussunnah baik dalam persoalan-persoalan ushul (pokok) maupun yang mengikutinya. Maka, saya katakan, dengan memohon pertolongan kepada Allah. 

Bahwa Ahlussunnah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, Hari Akhir, serta takdir yang baik maupun yang buruk. 

Mereka bersaksi bahwa Allah adalah Robb, Ilah, dan Ma'bud, satu-satu-Nya yang memiliki sifat sempurna, sehingga Ahlussunnah beribadah kepada-Nya saja dengan mengikhlaskan ketaatan bagi-Nya. 

Ahlussunnah mengatakan : Sesungguhnya Allah adalah Al-Kholiq (Maha Pencipta), Al-Bari' (Maha Pencipta), Al-Mushowwir (Maha Pembentuk Rupa). Ar-Rozzaq (Banyak Memberi Rezeki), AlMu'thi (Maha Memberi), Al-Mani' (Maha Mencegah), serta Al-Mudabbir (Maha Mengurus) terhadap segala urusan. 

Juga bahwa Dia adalah Al-Ma'luhu 'I-Ma'bud (Yang Diibadahi), Al-Muwahhad (Yang Di esakan) dan Al-Maqshud (Yang Dituju). Dia adalah Al Awwal yang tidak ada sesuatu sebelum-Nya, Al Akhir yang tidak ada sesuatu sesudah-Nya, Azh Zhghir yang tiada sesuatu di atas-Nya, dan Al-Bathin yang tiada sesuatu di bawah-Nya. 

Dia Al-’Aliyyul ‘a‘la (Yang Maha Tinggi) dengan segala makna ketinggian, tinggi dzat-Nya, tinggi kedudukan-Nya, dan tinggi kekuasaan-Nya. 

Dia ber-istiwa’ (bersemayam) di atas “Arsy, beristiwa’ dalam makna yang sesuai dengan keagungan-Nya dan dengan ‘uluw dan fauqiyyah”-Nya yang mutlak. IImu-Nya meliputi segala yang nyata dan yang tersembunyi, meliputi alam ‘alawiy (atas) dan suflly (bawah). Dia bersama para hamba dengan ilmu-Nya, mengetahui seluruh keadaan mereka dan Dia Al-Qorib (Maha dekat), Al-Mujib (Maha Mengabulkan). 

Dia Al-Ghoniy (Maha kaya) dengan dzat-Nya, tidak membutuhkan seluruh makhluk-Nya, sedangkan semua butuh kepada-Nya dalam mengadakan mereka dan mengadakan apapun yang mereka butuhkan setiap waktu. Tidak seorang pun yang tidak butuh kepada-Nya dalam sekejap mata pun. 

Baca juga :

Dia juga Ar-Rouf (Maha Pengasih), Ar- Rohim (Maha Penyayang), dimana tidak ada satu nikmat pun pada para hamba, baik itu nikmat keagamaan maupun nikmat keduniaan serta tidak ada pencegahan bencana, kecuali semua itu berasal dari Allah. Dialah yang mendatangkan segala nikmat dan mencegah segala bencana. 

Diantara wujud kasih sayang-Nya adalah, Dia turun setiap malam ke langit dunia untuk melihat kebutuhan-kebutuhan para hamba, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Dia mengatakan: "Aku tidak bertanya kepada selain-Ku tentang hamba- hamba-Ku. Siapakah yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan doanya? Siapakah yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberi? Siapakah yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?" sampai fajar terbit. Dia turun bagaimana saja Dia menghendaki dan berbuat menurut yang Dia mau. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya, dan Dia As-Sami' (Maha Mendengar), Al-Bashir (Maha Melihat). 

Ahlussunnah meyakini bahwa Allah adalah Al- Hakim, yang memiliki kebijakan sempurna dalam syariat maupun takdir yang ditetapkan-Nya. Dia tidak menciptakan sesuatu secara sia-sia dan tidak menetapkan syariat apapun kecuali mengandung berbagai kemaslahatan dan hikmah. 

Allah juga At-Tawwab, Al-'Afuw, Al-Ghofur; Dia  menerima taubat hamba-hamba-Nya,  memaafkan kesalahan-kesalahan, dan mengampuni dosa-dosa besar bagi orang-orang yang bertaubat, memohon ampun, dan kembali kepada-Nya. 

Allah juga Asy-Syakur, yang mensyukuri amal yang sedikit dan menambah karunia-Nya kepada orang-orang yang bersyukur. 

Ahlussunnah menyifati Allah dengan semua sifat yang telah disifatkan-Nya sendiri maupun yang telah disifatkan oleh Rosululloh.

Sebagian sifat-sifat dzat Allah adalah al-hayah al-kamilah (kehidupan yang sempurna), as-sami' (mendengar), al-bashor (melihat), kesempurnaan dalam qudroh (kekuasaan), 'azhomah (keagungan), kibriya' (kesombongan), al-majid (kebesaran) al-jalal (ketinggian kekuasaan), al-jamal (keindahan), dan al-hamid al-mutlaq (pujian mutlak). 

Sebagian sifat-sifat perbuatan Allah yang berkaitan dengan kehendak dan kekuasaan-Nya adalah ar-rohmah (mengasihi), ar-ridho (meridhoi), as-sukht (murka), al-kalam (berbicara). Ahlussunnah meyakini bahwa Dia berbicara apa saja yang Dia kehendaki dan bagaimana saja Dia menghendaki. Kalimat-kalimat-Nya tidak akan musnah.

Ahlussunnah juga meyakini bahwa Al-Quran adalah kalam (firman, ucapan) Allah, bukan makhluk. Ia berasal dari Allah dan kepada-Nya akan kembali. Juga bahwa Allah sampai sekarang masih dan akan tetap disifati dengan sifat yaf'alu ma yurid (berbuat apa yang Dia kehendaki). Allah berbicara apa yang Dia kehendaki. Allah menetapkan hukum- hukum yang bersifat qodariyyah (takdir), syar'iyyah (syariat, aturan), dan jazaiyyah (balasan). Dia adalah Al-Hakim, Al-Malik, sedangkan siapapun selain-Nya adalah mamluk (dikuasai) dan mahkum 'alaih (dikenai hukum). Maka, tidak ada hamba yang boleh keluar dari kekuasaan dan hukum-Nya. 

Ahlussunnah mengimani apa yang diinformasikan oleh Al-Qur'an dan Sunnah yang mutawatir bahwa orang-orang mukmin akan melihat Robb mereka dengan mata kepala dan nyata serta bahwa kenikmatan melihat-Nya dan ridho-Nya merupakan kenikmatan dan kesenangan yang paling besar. 

Ahlussunnah mengimani bahwa barangsiapa mati tidak dalam keadaan beriman dan bertauhid, maka ia kekal di neraka Jahannam, selama-lamanya; adapun para pelaku dosa besar, jika mereka mati tanpa bertaubat, tidak ada pada mereka penghapus dosa, dan mereka tidak mendapat syafa'at, sekalipun mereka masuk ke dalam neraka, tetapi mereka tidak kekal di dalamnya, dan tidak ada seorang pun yang di dalam hatinya terdapat seberatbiji sawi keimanan, kecuali pasti keluar dari neraka.

Ahlussunnah percaya bahwa iman itu meliputi keyakinan-keyakinan dan amalan-amalan hati, amalan-amalan anggota badan, dan ucapan-ucapan lisan. Barangsiapa yang melaksanakan semua itu secara sempurna, maka ia seorang yang benar-benar beriman, yang berhak mendapatkan pahala dan selamat dari hukuman. Barangsiapa yang mengurangi sebagian darinya, maka imannya berkurang sesuai dengan kadar pengurangannya itu. Karena itu, iman itu bisa bertambah dengan ketaatan dan perbuatan baik serta berkurang dengan kemaksiatan dan kejahatan. Baca Lanjutannya

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
72398 24587 74606

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk