Ramadhan dan Keteladanan
Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
“Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi nya dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.”
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji kehadiran Allah SWT yang mana telah mempertemukan kita dalam acara … dengan keadaan sehat wal afiat.
Sholawat serta salam tak lupa mari kita junjung tinggi kepada Baginda Nabi Muhammad SAW bersama ahlul baitnya, juga kepada guru-guru kami, orang tua kami saudara kami, pemimpin-pemimpin kami, muslimin dan muslimat, yang terdahulu juga yang akan datang.
Hadirin yang dirahmati Allah. Rasanya sudah sekian kali kita memasuki bulan suci Ramadhan yang diakhiri dengan hari Raya Idul Fitri, kini pun bulan itu sedang kita jalani, sahur, Tarawih, dan berbuka puasa.
Agenda rutin seremonial orang yang sedang ibadah dengan tidak melupakan tilawah al-Qurʼan minimal khatam tiga puluh juz di akhir Ramadhan. Shalat malam walaupun dua rakaat di kala sebelum sahur, shalat Dhuha pun tidak dilupakan untuk membuka pintu-pintu rezeki Allah.
Terlalu merugi orang yang berpuasa tidak menggunakan peluang bulan ini untuk menumpuk pahala sebanyak-banyaknya, apalagi imbalannya berkali lipat dibanding hari lain. Pada bulan ini sediki sekali godaan yang mengajak untuk berbuat maksiat, sebab masing-masing figur memberikan contoh dan keteladanan kepada masyarakat, apalagi mereka yang terbilang pejabat dan orang yang terkemuka yang selama ini tidak pernah tampil ke masjid, tiba-tiba nampak wajahnya dengan kalem menyandang sajadah, berpeci hitam dan seakan-akan mereka adalah orang yang paling alim di dunia.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. al-Ahzab: 21).
Momen yang tepat bagi semua pihak untuk menampilkan figur terbaik kepada masyarakat melalui akhlaqul karimah atau keteladanan melalui wujud pergaulan sehari-hari: "Seorang mukmin yang bergaul dan sabar terhadap gangguan orang, lebih besar pahalanya dari orang yang bergaul dengan manusia dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka." (HR. Ahmad).
Seorang mukmin harus bersosialisasi diri dengan masyarakat di sekitarnya apalagi di bulan Ramadhan ini banyak sekali amal-amal yang merupakan wujud kepedulian terhadap sesama seperti memperbanyak infak, sedekah, mengundang berbuka bersama, shalat Tarawih dan aktivitas lainnya.
Hadirin yang dirahmati Allah. Seorang ayah dan ibu bagaimana dia mampu menampilkan dirinya kepada anak dan keluarganya sebagai figur yang dapat diteladani, bagus kita menyuruh anak untuk shalat Tarawih ke masjid, membaca al-Qur'an, dan berinfak, akan tetapi didikan tadi akan membekas bila langsung orang tua mencontohkannya dengan mengajak anak-anak ke masjid menyemarakkan ibadah Ramadhan.
Tidak layak kiranya, bila orang tua melarang anaknya merokok sementara dia sendiri menghabiskan rokok berbatang-batang sehari, terlepas dari rokok itu makruh ataupun haram. Sementara asap rokok membubung tinggi ke udara, nikotinnya meresap ke paru-paru, abunya, bertebaran ke bumi, dan kerugiannya untuk Anda.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. at-Tahrim: 6).
Suatu ketika Hasan al-Bisyri didatangi oleh para budak, mereka mengharapkan agar beliau besok Jumat berkenan menyampaikan khotbah tentang pembebasan budak dan keutamaannya. Mereka sangat antusias sekali akan merdeka bila mendengar fatwa sang ulama sekaliber Hasan al-Bisyri.
Dua dan tiga minggu, dua dan tiga bulan hingga mendekati setahun belum juga terdengar fatwa itu, walaupun sang ulama sudah sering pula menyampaikan khotbah dengan tema lain. Tepat satu tahun permohonan pada budak itu dikabulkan oleh Hasan al-Bisyri dengan berapi-api disambut dengan kesadaran oleh para tuan untuk memerdekakan budaknya.
Tentu saja para budak bertanya, kenapa sekarang mereka bisa merdeka? Tidak setahun yang lalu? Sang ulama kharismatik itu menjawab: "Ketika kalian datang kepadaku pertama kali tentang itu, aku tidak berdaya dan tidak mampu menyampaikannya, sekaranglah baru saya punya uang, tadi pagi saya sudah memerdekakan seorang budak."
Itulah sebuah keteladanan yang dicontohkan oleh ulama kita dahulu, masih adakah ulama yang demikian? Kita berhadap di antara kebodohan umat dan kelemahan ulama masih ada ulama yang mampu tampil dengan uswatun hasanah yaitu keteladanan yang baik.
Hadirin yang dirahmati Allah. Sekarang sangat sulit mencari orang yang dapat diteladani, baik orang tua, guru, ulama, politisi, atau siapa sajalah, nampaknya keteladanan termasuk barang yang langka.
Walaupun satu ketika dia menampakkan keteladanan, tapi semu nampaknya, hanya sebatas mencari simpati dari masyarakat. Inilah keteladanan yang menipu.
Seorang sahabat menyatakan bahwa dia mengenal seseorang, maka Rasulullah menyatakan bahwa jangan mudah mengatakan kita kenal dengan seseorang sebelum nampak kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari: “Pernahkah engkau jalan bersama dengannya, makan bersama dengannya, dan tidur bersama dengannya?" Sahabat itu menggelengkan kepala, "Berarti kamu tidaklah mengenalnya." Lanjut Rasulullah.
Penampilan seseorang yang sekilas simpatik jangan terpesona dahulu, lihatlah ketika dia sedang makan, sedang dalam perjalanan atau sedang tidur, saat itulah nampak siapa sebenarnya orang yang kita kenal itu. Ada atau tidak ada keteladanan akan nampak pada tiga momen itu, sehingga layak atau malah banyak sekali hal-hal menyimpang dari syariat yang dia lakukan.
Hadirin yang dirahmati Allah. Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menampilkan keteladanan kepada orang di sekitar kita apalagi anda seorang mubaligh, di samping itu banyak pula kesempatan kita untuk mencari keteladanan di sekitar kita melalui anak dan istri kita, tetangga, teman sekerja atau siapa saja yang layak untuk itu, terimalah kebenaran dari siapapun, meskipun dari tong sampah, tapi tolaklah kebatilan meskipun datangnya dari istana yang megah, keteladanan yang komplit hanya ada pada Rasulullah, kenapa cari yang lain, yuk kita tapaki jejak sang idola.
Demikianlah ceramah yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, jika ada yang baik itu datang dari Allah dan jika ada yang buruk itu datang dari diri saya pribadi. Mohon maaf atas kekhilafan tutur kata dan perbuatan. Semoga Allah membimbing kita semua ke jalan yang benar.
ُأقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأسْتَغْفُرُ الله لِي وَلَكُم , فَاسْتَغْفِرُوهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُور الرَّحِيْم
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan