Hati-hati Memahami Ayat Al Qur'an
Sahabat Santri Lampung yang dirahmati Allah, diperlukan kehati-hatian dalam memahami makna dari ayat ayat Al Qur'an, selain harus di dukung dengan refrensi lain seperti ulumul hadits, mantiq, tafsir dan disiplin ilmu lainya juga harus mengambil makna yang sejalan dengan ayat ayat yang lain dan tidak bertentangan.
Al Qur'an tanpa akal lumpuh, Akal tanpa bimbingan Al Qur'an tertipu.
Imam Ja'far ash-Shadiq berkata, "Barangsiapa mengikuti hawa nafsunya dan mengagumi pendapatnya sendiri, niscaya ia tertipu." Lalu al-Imam menjelaskan, "Ada seorang lelaki yang terkenal sebagai orang yang bertakwa dan saleh serta sangat dermawan. Pada suatu hari secara diam-diam saya mengikutinya. Tidak lama kemudian, orang ini berhenti di depan toko roti, Saya melihat pada saat pemilik toko itu sibuk, orang ini secara diam-diam mengambil dua potong roti. Saya tentu saja heran, mungkin dia telah membayar roti itu sebelumnya, tetapi mengapa dia menggunakan kesempatan di kala pemilik toko itu sibuk? Saya pun tetap mengikutinya secara diam-diam, sampai akhirnya ia berhenti di penjual jeruk. Sama seperti tadi, ketika penjual jeruk itu lalai, dia pun mengambil dua buah jeruk. Saya terheran-heran. Mungkin kedua jeruk itu telah dibeli sebelumnya, tetapi mengapa ia harus mengambilnya kala penjual itu lalai? Kemudian saya melihat dia menjumpai orang sakit. Diberikannya kedua potong roti dan kedua jeruk itu kepada si sakit. Pada waktu itulah saya mendekatinya. Lalu saya terangkan kepadanya semua yang telah saya saksikan tadi, dan saya minta kepadanya agar ia menerangkan apa arti semua itu. Orang ini pun memandangi saya, lalu berkata: "Bukankah Anda ini Ja'far bin Muhammad?"
Benar. Dugaan Anda benar. Akulah Ja'far bin Muhammad." Lak-laki itu berkata, "Engkau adalah putra Rasulullah. Engkau mempunyai kedudukan dan nasab yang mulia. Akan tetapi, asal usulmu itu ternyata tidak berguna bagimu, karena kamu bodoh." "Kebodohan apakah yang Anda lihat padaku?" Orang ini berkata, "Anda tidak mengerti firman Allah dalam Surat Al-An'am 160," Lalu ia pun membacakannya dengan sedikit keras, "Barangsiapa membawa amal baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya itu."
Dengan bangga ia menjelaskan, "Karena saya mencuri dua potong roti, maka berarti saya telah melakukan dua kesalahan Kemudian saya mencuri pula dua buah jeruk, maka berarti saya telah melakukan dua kesalahan lagi. Jadi semuanya empat kesalahan. Namun, karena semua roti dan jeruk itu saya sedekahkan, maka saya memperoleh empat puluh kebaikan Keempat puluh kebaikan itu dikurangi empat kesalahan, maka aku untung tiga puluh enam kebaikan."
Mendengar penjelasannya saya pun terkejut, "Engkau telah keliru besar. Tidakkah engkau pernah mendengar firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 27 yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang-orang yang bertakwa." Lalu saya katakan padanya, "Sesungguhnya dengan mencuri dua potong roti, maka kamu memperoleh dua kesalahan Kemudian mencuri pula dua buah jeruk, maka ditambah dua kesalahan lagi. Oleh karena roti dan jeruk itu kamu berikan semuanya tanpa izin dari pemiliknya, maka berarti kamu berbuat dua kesalahan lagi. Jadi, bukan berarti engkau berbuat empat puluh kebaikan, dikurangi empat kesalahan.
Selesai menyampaikan kisah ini, al-Imam pun lalu berkata kepa da para sahabatnya, "Dengan penafsiran buruk yang seperti inilah banyak orang yang tersesat dan menyesatkan orang lain!
Nah sahabat santri lampung yang ananda sayangi, Kisah di atas memberikan penjelasan kepada kita tentang penerapan ayat yang tidak sejalan. Awas jangan tertipu dengan logika yang dibangun namun salah. Orang yang taqwa (takut kepada Allah dengan sebenar benar taqwa) tidak akan mencuri sekalipun untuk kebaikan. Dong ya ...? Mohon doanya semoga admin diberi kesehatan dan rezeki untuk sowan mekkah.
Jazakumulloh khoir.
Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan