Keutamaan Dan Keistimewaan Akal



Akal adalah nikmat paling agung pengaruhnya setelah nikmat iman. Semua bukti dan fakta menjadi saksi, bahwa wahyu Allâh Azza wa Jalla dan akal manusia adalah selaras dan serasi.


Banyak nash syar’i yang menunjukkan keharusan menggunakan akal untuk bertafakkur, dalam rangka untuk mengenal Allâh Azza wa Jalla dan mentauhidkan-Nya dengan menunaikan konsekuensinya.


Tidak akan sempurna agama seseorang sampai akalnya sempurna. Akal tanpa agama akan sesat, dan beragama tanpa akal adalah tangga menuju pemahaman yang salah dan perilaku buruk. Dan seringkali itu mencoreng wajah Islam yang murni!


Al-Hasan al-Bashri rahimahullah bila diberitahukan tentang seseorang yang shalih, ia akan bertanya, “Bagaimana akalnya? Agama seorang hamba tidak akan sempurna sama sekali hingga akalnya sempurna.” Apa yang diucapkan al-Hasan al-Bashri rahimahullah bisa kita kembalikan pada firman Allâh Azza wa Jalla :


وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ

Dan Allâh menimpakan adzab kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. [Yûnus /10:100]


Akal merupakan salah satu karunia di antara karunia Allâh yang paling agung. Seseorang yang punya akal sehat akan bisa mengambil manfaat dari wejangan dan petunjuk al-Quran. Allâh Azza wa Jalla berfirman:


أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. [al-Hajj /22:46]

Allah berfirman :


إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.[Qâf /50:37]


Hati di sini maksudnya adalah akal.


Luqman berkata kepada anaknya, “Wahai anakku! Ketahuilah, bahwa puncak dari kemuliaan dan kejayaan di dunia dan akhirat adalah bagusnya akal. Sesungguhnya bila akal seorang hamba itu bagus, maka itu bisa menutupi aib dan celanya, serta bisa memperbaiki berbagai keburukannya.”


Akal yang dipuji dalam syariat, adalah akal yang memahami tentang Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Akal yang membentengi pemiliknya dari segala yang hina serta mendorongnya untuk taat dan berperilaku mulia. Inilah tipe dan corak akal seorang Mukmin. Sedangkan kaum kafir, mereka tidak memahami hakikat akal yang dipuji syariat. Barulah di akhirat mereka akan sadar –namun tiada guna-; sehingga mereka pun mengatakan seperti dalam firman-Nya:


وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” [Al-Mulk /67:10]

Seorang alim Mekkah, Atha’ bin Rabah rahimahullah ditanya tentang karunia Allâh yang paling utama bagi hamba-Nya, ia menjawab, “Memahami tentang Allâh Azza wa Jalla ”


Baca juga :

Memahami tentang Allâh Azza wa Jalla , memahami firman-Nya, dan memahami maksud yang diinginkan oleh Allâh Azza wa Jalla . Itulah gerbang terbesar kebaikan dunia dan akhirat. Saat itu berarti ia telah mengerti apa maksud tujuan diciptakannya akal.


Sedangkan akal yang berobsesi dunia akan menjadi sumber petaka yang melahirkan problematika dalam semua bidang kehidupan. Ia adalah penyebab utama yang menjadikan banyak orang enggan turut serta berjuang untuk agama ini. Dan akal yang tidak digunakan semestinya, akan menyeret manusia ke dalam siksa neraka, sebagaimana yang difirmankan Allâh Azza wa Jalla :


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allâh) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allâh), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allâh). [Al-A’raf /7:179]

Dalam riwayat yang sah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti dalam riwayat Ahmad, juga al-Bukhâri dan Muslim, Beliau n bersabda:


أَنَّهُ يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا أَجْلَدَهُ مَا أَظْرَفَهُ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ

Dikatakan kepada seseorang: betapa kuatnya dia, betapa cerdiknya dia, betapa pandai akalnya, padahal di dalam hatinya tidak ada sedikitpun iman walau sebesar biji sawi

Akal bisa bekerja dengan benar bila berpedoman dengan cahaya wahyu ilahi; dan juga dari pengalaman dan berbagai peristiwa sepanjang sejarah.


Akal yang mengambil petunjuk dari cahaya Allâh Azza wa Jalla tercermin pada banyak perilaku. Ia akan mendahulukan perintah Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya dibanding apapun juga. Ia menghindari kecenderungan nafsunya. Ia selalu meminta keselamatan. Namun bila musibah menimpa, ia pun ridha dan bersabar.


Ia tahu bahwa petaka tergantung dari ucapan. Karena itulah ia selalu berusaha untuk berkata baik, tidak dusta, menggunjing atau mengadu domba.


Ia tidak menyuruh kebaikan kepada orang sedangkan ia melupakan dirinya. Ia tidak berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat.


Seorang yang berakal tahu hakikat dunia yang hanya kesenangan yang pasti sirna sementara akhirat kekal. Allâh Azza wa Jalla berfirman:


وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan kampung akhirat itu lebih bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? [Al-A’raf /7:169]

Seorang berakal akan berusaha menyatukan kalimat Muslimin dan mencampakkan perpecahan dan permusuhan.


Perhiasan orang berakal adalah tawadhu’. Bila akal seseorang bagus, maka ia tidak hasad; Ia tidak merendahkan orang lain, terutama para Ulama.


Orang yang berakal, berbakti kepada kedua orang tua. Ia pun sangat perhatian terhadap nasib kaum Muslimin.


Pendek kata, ia sangat tanggap terhadap setiap kebaikan. Ia selalu bertaubat dari setiap kesilapan. Sungguh, betapa nikmat dan manis hidupnya! Itulah surga yang disegerakan di dunia ini.


Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang-orang berakal yang senantiasa menggunakan akalnya sesuai dengan panduan cahaya wahyu ilahi.



image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
69272 23173 71480

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

image_title

  1. Siapakah aku ? Saat ini aku manusia, 1 Jam kedepan aku tidak tahu, boleh jadi aku telah berubah menjadi jenazah.
  2. Siapa yang menghidupkan aku ? Sudah pasti Allah. Sebagaimana Firman-Nya dalam surat Al baqarah ayat 28 dan Al mu'minun ayat 80.
  3. Untuk apa aku dihidupkan ? Untuk tujuan beribadah lihat surat Azzariyat 56. & agar tidak = kera.
  4. Hidup dibumi siapa aku ? di bumi Allah sebagaimana dalam surat As-sajadah ayat 4.
  5. Kemana umurku menuju ? Menuju kesudahan (almarhum), sebagaimama dalam surat Al Ankabut ayat 87.

  • Kenapa aku belum siap ? Makanya Siap-siap.
  • Bagaimana jika esok mati ? Lha ya dikubur, dipajang ya serem.
  • Siapa aku setelah itu ? Yang akan dilupakan oleh semuanya.
  • Apa saja perbekalanku ? Ilmu, Amal Jariyah, Doa Anak, kalau punya.
  • Di syurga atau neraka nasibku ? Karena kamu sering baca SantriLampung saya doakan semoga nasibmu syurga. Kurang apik-an gmn coba?

Saklar Jiwa Lentera Hati
Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk