Cahaya di wajah Orang Berilmu

Sahabat pembaca SantriLampung yang dimuliakan Allah; Ketahuilah bahwa sebaik-baik waktu yang dihabiskan seorang hamba dalam kehidupan dunia ini adalah waktu yang ia luangkan untuk mempelajari ilmu agama. Untuk mengenal Allah dan mengenal agama-Nya. Memperhatikan, mengkaji, menghafal sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kemudian diamalkan dan didakwahkan. Dan inilah tujuan Allah Tabaraka wa Ta’ala menciptakan manusia.

Imam at-Tirmidzi dan selain beliau meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ، ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ : إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ ، وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ ، وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ ، فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ

“Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan menyampaikannya. Berapa banyak orang yang membawa ilmu agama kepada orang yang lebih paham darinya. Ada tiga perkara yang tidak akan dengki hati muslim dengannya: mengikhlaskan amal karena Allah, menasihati pemimpin kaum muslimin, dan berpegang kepada jamaah mereka karena doa mereka meliputi dari belakang mereka.”

Hadits ini diriwayatkan lebih dari satu orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada sekitar 20 orang sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits ini.

Renungkanlah dengan mendalam pelajaran dari hadits ini. Renungkanlah seruan yang penuh berkah yang diserukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang-orang yang menghafalkan sabda beliau. Orang yang mendengarkan hadits, kemudian memahaminya, dan menyampaikannya sebagaimana yang ia dengar dan kadar yang ia pahami,, maka akan Allah berikan cahaya di wajahnya.

Apabila Anda ingin menjadi kelompok Nabi dan sukses menghadapi tantatang kehidupan di abad 15 H ini, maka renungilah hadits Nabi berikut ini. Kemudian menyambut seruannya itu, seruan sebaik-baik manusia, Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sahabat SantriLampung rohimakumullah; Bukankah kita sangat butuh agar Allah menerangi wajah kita? Bukankah kita sangat menginginkan termasuk golongan yang disebutkan Nabi dalam hadits ini?

Makna dari kalimat “Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku” adalah Allah menjadikan wajah seseorang bercahaya, menarik, dan berwibawa. Menarik secara kasat mata maupun secara batinnya. Menarik secara batinnya adalah pemiliknya menghiasi diri dengan indahnya sunnah, berpegang teguh dengannya, dan menghafalkannya. Dan keindahan dari dalam ini merupakan sebuah keberkahan yang merupakan buah dari penerimaannya terhadap sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengannya.

Baca juga :

Kemudian sabda beliau ini “Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan menyampaikannya”. Adalah empat kalimat yang Allah berikan manfaat yang begitu besar dengan kalimat-kalimat tersebut. “Mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan menyampaikannya”. Dari hadits ini para ulama mengambil pelajaran:

Pertama: Seseorang harus mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ini adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Seorang muslim harus memberikan porsi waktu dalam kesehariannya untuk mendengarkan sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak pantas bagi seorang muslim, melewati hari-hari atau bahkan bulan tanpa meluangkan waktu untuk mendengarkan hadits Nabi dan mengambil pelajaran darinya.

Kedua: Memahami hadits Nabi.

Jika kita telah mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bersemangatlah untuk memahaminya. Bersungguh-sungguhlah memberi perhatian padanya dan memahaminya sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penuturnya.

Ketiga: Menghafalnya.

Ketika seseorang sudah mendengar, lalu memahaminya, maka tingkatan berikutnya adalah menghafalkan hadits tersebut agar ia senantiasa tersimpan dalam pikiran.

Keempat: Menyampaikannya kepada orang lain.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan “kemudian menyampaikannya”. Menghafal hadits, memberikan perhatian padanya, dan menyampaikannya kepada orang lain adalah bentuk penerimaan seseorang terhadap seruan Nabi dan kesuksesannya dalam menyambut ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Itulah salah satu keistimewaan orang yang berilmu. 

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
70275 23507 72483

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk