Kerjasama suami istri dalam membangun keluarga
Mungkin kita sering menyebut istilah super mom atau super woman kepada seseorang. Atau mungkin kita sering berusaha untuk bisa menjadi seorang super woman atau super mom. Saya percaya bahwa dalam lubuk hati yang paling dalam, tidak ada seorang ibupun yang benar-benar menginginkan menjadi super mom atau super woman yang dapat melakukan segalanya dalam dunia pengasuhan anak.
Kecuali bagi mereka yang tidak memiliki pilihan lain kecuali menjalankan pengasuhan sendirian. Sebaliknya betapa banyak para ibu yang mengeluhkan keadaan mereka yang merasa berjuang sendirian dalam dunia pengasuhan anak. Sementara para ayah hanya fokus dalam mencari nafkah.
Keadaan ini biasanya tidak hanya dipicu oleh ritme kerja para ayah yang tinggi karena tuntutan kebutuhan materi di era masa kini, tetapi sebagian juga dipicu oleh paradigma klasik yang dianut sebagian masyarakat Indonesia. Pardigma yang memilah wilayah kerja antara ibu dan ayah. Ayah urusan uang sementara tek tek bengek rumah dan anak-anak adalah urusan ibu. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa mencari nafkah adalah sebuah pekerjaan yang memiliki porsi yang besar dalam keberlangsungan sebuah keluarga.
Sesuatu yang harus sangat disyukuri oleh seorang wanita yang hanya disibukkan oleh urusan pengasuhan anak, tanpa harus berada dalam sebuah kondisi yang memaksanya untuk turut membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Betapa banyak problematika keluarga yang muncul diawali oleh permasalahan pemberian nafkah yang tidak memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk itu, betapa banyak hal yang masih dapat disyukuri para ibu yang saat ini merasa berjuang sendirian dalam pengasuhan, sementara suami hanya mencari nafkah.
Namun apakah keadaan ini cukup menjadi sebuah bekal bagi kita dalam mempertanggungjawabkan amanah berupa keturunan di depan Allah??
Ada sebuah pernyataan yang disampaikan suami saya Aditya Irawan yang masih teringat dalam memori saya. “Jika hanya karena bekerja orang akan masuk surga, maka semua orang akan masuk surga karena semua orang pun bekerja”. Tentu tidaklah cukup seseorang hanya bekerja untuk meraih surga. Pasti ada hal yang membedakan manusia yang bekerja dalam kelayakannya untuk masuk surga. Maka tidak cukup pula kita mempertanggungjawabkan amanah kita sebagai orang tua hanya dengan memenuhi kebutuhan mereka melalui pemberian nafkah. Sementara kebutuhan manusia terdiri dari 3 dimensi: dimensi ragawi, rohani, dan akal.
Dalam pandangan islam, tidak hanya seorang suami yang berperan sebagai pemimpin, namun seorang istripun menjadi pemimpin dalam urusan rumah tangga suaminya. Meskipun dalam pelaksananya kewajiban tersebut bisa dilakukan sendirian, melibatkan pihak profesional atau bahkan di bantu pelaksanaannya oleh suaminya. Sementara perkara perintah memimpin keluarga termasuk didalamnya melaksanakan perintah Allah dalam surat at tahrim ayat 6 untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka ditugaskan kepada para suami. Kewajiban ini melekat bagi seorang suami meskipun pelaksanaannya dapat dilakukan sendiri, dibantu oleh istri atau melibatkan pihak profesional.
Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. (Bukhori, Muslim).
Lalu bagaimanakah kerjasama ayah dan ibu dalam dunia pengasuhan? Kerjasama akan kita bangun jika sebuah keluarga memiliki kesamaan visi serta memahami misi yang perlu dilakukan dalam meraih sebuah visi. Bagaimana mungkin kerjasama ayah dan ibu dapat dilakukan secara sinergi jika mereka tidak memahami hendak kemana nahkoda keluarga akan dibawa, serta anak-anak yang seperti apa yang ingin mereka hasilkan. Maka merumuskan tujuan pengasuhan menjadi langkah awal dalam membangun kerjasama para ayah dan ibu. Setelah tujuan pengasuhan disepakati, pembagian peran dan tugas dalam mencapai tujuan tersebut adalah unsur pembentuk utama dalam sebuah kerjasama. Tidak mungkin ada sebagian pihak yang sekedar menitipkan cita-cita sementara pihak lain yang melaksanakannya. Terlebih lagi jika pihak yang menitipkan cita-cita itu hanya berperan sebagai evaluator di hasil akhirnya. Karena membuat anak tidak dilakukan sendirian maka mengurus, membesarkan dan mendidiknya juga bukan pekerjaan sendirian.
Ibarat dalam sebuah organisasi, hendaklah memberikan sebuah urusan pada ahlinya yang memang sesuai dengan kepribadian dan bakat seseorang. Sebagai contoh, mungkin ada seorang organisator yang sangat mahir memimpin tetapi sangat buruk dalam hal kerapihan keuangan dan administrasi. Maka pemimpin seperti ini harus dibantu oleh anggota lain yang mahir dalam kerapihan pengarsipan organisasi. Ada orang-orang yang sangat detail dan rapi bekerja tapi mungkin kurang bisa berkomunikasi dan mengemukakan pendapat. Ada orang yang mahir menggerakkan segala sumber daya manusia tapi tidak mahir mengelola sumber daya lainya.
Pembagian tugas dalam organisasi juga tidak harus dibagi berdasarkan jenis kelaminnya. Siapa saja yang memiliki potensi untuk melakukannya, semua pihak harus berkontribusi untuk memperkuat teamnya. Dan siapa saja dapat saling mengingatkan tanggung jawab orang lain atau bahkan sementara menggantikan tugasnya demi terlaksananya target kerja bersama. Begitu juga dalam dunia pengasuhan. Hendaknya pembagian peran ibu dan bapak dilakukan dengan mempertimbangkan kepribadian dan bakat diantara keduanya. Meskipun hanya bersifat membantu dan tidak menggugurkan kewajiban utama masing-masing.
Apabila dalam mencapai tujuan pengasuhan tersebut para ayah dan ibu tidak memiliki kemampuan yang mumpuni sesuai dengan kepribadian dan bakatnya, maka pelibatan pihak lain dilakukan dalam pemenuhan kewajiban tersebut.
Sebagai contoh, mungkin seorang ayah tidak terlalu pandai berkomunikasi dalam menyampaikan ajaran agama, tapi ia memiliki seorang istri yang fasih berbahasa dan menguasai ilmu agama, maka kewajiban ayah dalam memelihara kualitas pemahaman agama keluarganya dapat dibantu pelaksananya oleh sang istri. Atau mungkin jika kurang sempurna dilakukan oleh keduanya, sang ayah dapat mencarikan guru atau lembaga pendidikan yang dapat membantu melaksanakan kewajibannya.
Mungkin ada seorang ibu yang tidak terlalu telaten menyiapkan makanan untuk anak-anaknya, atau repot karena tugasnya menyusui bayi. Tapi mungkin sang ayah adalah seorang lelaki yang telaten dan tekun dalam bekerja sehingga disela kesibukannya bekerja ia bisa membantu urusan pemenuhan makanan anak-anaknya. Atau mungkin mereka bisa melibatkan catering profesional yang dapat membantu melaksanakan kewajiban mereka dalam memenuhi kebutuhan ragawi anak-anaknya.
Pembagian tugas dan proses saling membantu semacam inilah yang akan memperkuat tim keluarga dalam mencapai tujuan mereka. Meskipun demikian ada kalanya kita tetap harus menjalankan beberapa peran meski tidak terlalu sesuai dengan kepribadian dan bakat kita. Sebagai contoh, sekaku apapun sang ayah dalam berkomunikasi, anak-anak tetap membutuhkan komunikasi bersama ayahnya, anak-anak tetap membutuhkan waktu bermain bersama ayahnya. Atau misalnya, meskipun seorang ibu tidak telaten mengatur urusan rumah tangga, tetap saja ada sisi-sisi dimana pekerjaan tersebut tidak dapat di wakilkan kepada pihak lainnya.
Maka menjadi orang tua bukan hanya perjalanan panjang dalam belajar dan terus belajar menyelesaikan masalah. Namun juga perjalanan mendobrak diri, menembus batas, melepas rantai gajah untuk melakukan yang sebelumnya tidak mampu dilakukan menjadi harus dilakukan dan bisa dilakukan lalu mahir melakukannya dan menjadi sepasang super parent.
Mari kita tentukan visi keluarga, pahami kewajiban kita masing-masing, bagi tugas sesuai dengan fungsi dan peran dengan mempertimbangkan kepribadian dan bakat yang kita miliki, bantu yang bisa kita bantu, lakukan yang bisa kita lakukan, libatkan pihak lain yang bisa membantu, dobrak diri untuk mampu melakukan yang sebelumnya tidak dapat kita lakukan, dan jadilah super parent!!
Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan