Pembelaan Rosulullah Pada Ikhya Ulumudin
Ihya Ulumuddin merupakan sebuah Kitab pegangan para penganut tasawuf amali karangan Imam Al-Ghazali. Kitab ini, memang masih eksis hingga hari ini dan masih umum dikaji di berbagai pesantren di Indonesia.
Namun, kepopuleran Kitab ini sempat mengalami ancaman pemusnahan ketika lelaki tawadhu yang selalu menjaga hadis dan sunah Nabi saw bernama Abul Hasan Ali Bin Harzahim dibuat ragu oleh Ihya Ulumuddin.
Satu ketika Abul Hasan Ali Bin Harzahim membuka salinan Kitab Ihya Ulumuddin dan mendapati banyak hadis yang dianggapnya daif. Atas dasar itu, di suatu malam ia sempat tidak bisa tidur dengan tenang karena kegeramannya dengan karya Imam Ghazali itu.
Kegundahan hati yang dialami Abul Hasan Ali Bin Harzahim itu memaksanya untuk berniat membakar dan memusnahkan Kitab tersebut.
Singkat cerita, Abul Hasan Ali Bin Harzahim membuat pengumuman kepada seluruh penduduk setempat untuk mengumpulkan salinan Kitab Ihya Ulumuddin bagi siapa saja yang memiliki. Awalnya, banyak kalangan yang menolak perintah tersebut, tetapi berkat karisma, kealiman dan ketawadhuan Abul Hasan Ali Bin Harzahim akhirnya banyak yang menyanggupinya.
Menjelang malam, penduduk di sekitar kediaman Abul Hasan Ali Bin Harzahim berbondong-bondong untuk menyerahkan Kitab Ihya Ulumuddin itu. Setelah terkumpul, Abul Hasan pun segera mengumumkan kepada para warga bahwa rencana pemusnahan Ihya Ulumuddin akan dilakukan esok harinya karena hari itu sudah mulai gelap.
Abul Hasan yang merasa kelelahan karena aktivitasnya sehari itu pun kemudian tertidur lelap hingga membawanya ke alam mimpi. Dalam mimpi itu, Abul Hasan menjumpai Rasulullah saw sedang bersama sahabat Abu Bakar As-Shiddiq dan Abu Hamid Al-Ghazali sang pengarang Kitab Ihya Ulumuddin.
Di saat Abul Hasan akan mendekati Rasulullah, Al-Ghazali lantas mengadu, "Orang ini, Abul Hasan Ali Bin Harzahim, membenci dan memusuhiku, ya Rasulullah. Jika memang masalahnya adalah sebagaimana prasangkanya, maka tentu aku akan langsung bertobat. Akan tetapi, jika tidak, maka bagiku berkahmu senantiasa untukku dan aku masuk ke dalam golongan hamba yang mengikuti sunahmu."
Sontak saja setelah mendengar perkataan Imam Ghazali itu, Rasulullah langsung mengambil Kitab Ihya Ulumuddin dan membuka halaman demi halaman sembari berkata, "Demi Allah yang mengutusmu dan membimbingmu (ke arah kebenaran), ini benar-benar sesuatu yang baik."
Setelah itu, turunlah perintah kepada Nabi saw untuk mencambuk Abul Hasan Ali Bin Harzahim karena fitnah yang dituduhkan terhadap Imam Al-Ghazali. Hukuman cambuk dalam mimpi itu pun dilakukan Rasulullah saw kepada Abul Hasan sebelum Abu Bakar As-Shiddiq memberhentikannya.
"Demi Allah wahai Rasulullah, Abul Hasan ini adalah orang yang telah menjaga hadis dan sunahmu. Ia berprasangka ada penyelewengan yang menimpa hadismu. Sayangnya prasangkanya salah. Ia adalah hamba yang mulia," kata Abu Bakar As-Shiddiq.
Cambukan itu pun lantas dihentikan dan membuat Abul Hasan terbangun. Tetapi anehnya, rasa sakit karena cambuk dalam mimpi itu tetap terasa di bagian dada sebelah kiri meski tidak ada luka sama sekali.
Atas dasar itu, Abul Hasan Ali Bin Harzahim mengurungkan niatnya untuk membakar Kitab Ihya Ulumuddin.
Wallahu a'lam.[]
Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan