Islamkan diri secara Kaffah
Sahabat SantriLampung yang budiman; Ketika manusia memilih kafir, itu haknya. Maka Allah berikan kebebasan sepenuhnya kepada manusia untuk memilih kafir lalu menjalani kehidupan ini semau dia, semau hawan nafsu dia. Allah berikan kebebasan sepenuhnya. Silahkan baca di dalam Al-Quran atau di dalam hadis Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam. Tidak akan pernah kita temukan satu ayat, satu hadis di mana Allah mengatur kehidupan orang kafir. Orang kafir diberi kebebasan sepenuhnya. Mau berbuat apapun di dunia ini. Tinggal dia harus mendanggung risiko pilihannya itu di akhirat nanti.
Tapi kepada mereka yang memilih beriman, hilang sudah kebebasan ini sepenuhnya. Karena seorang mu'min, dia dituntut untuk Islam. Akar katanya adalah aslama, berserah diri. Yang beriman kepada Allah, dia harus menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Sepenuhnya dia siap untuk diatur hidupnya oleh Allah SWT. Tanpa lagi dia mempergunakan akalnya untuk bertanya mengapa Allah wajibkan saya berbuat ini, kenapa Allah haramkan saya melakukan ini. Kalaupun pertanyaan itu muncul dalam dirinya, maka keimanan dia akan menjawab, saya lakukan ini karena Allah perintahkan. Dan saya tinggalkan hal ini karena Allah melarangnya. Itu jawaban seorang mu'min. Dia tidak akan berusaha mencari celah hukum, alasan hukum, apa manfaatnya, apa hikmahnya. Karena keimanannya akan mengatakan, semua yang diperintahkan Allah pasti ada manfaatnya.
Di mengerti atau tidak di mengerti oleh akal dia. Semua yang dilarang Allah pasti ada mudoratnya. 14 abad umat Islam tidak pernah mengerti bahwa dalam daging babi itu terdapat cacing pita. Cacing pita baru ditemukan di akhir abad 18 Masehi. Apakah umat Islam selama 14 abad itu makan daging babi? Tidak!. Setiap yang dilarang oleh Allah, pasti ditinggalkan oleh seorang mu'min.
Maka seorang mu'min harusnya siap untuk mengislamkan dirinya secara penuh, secara utuh, secara kafah. Maka kepada orang yang memilih beriman, Allah menyuruh, Ya yuhalladzina amanu udhukhulu fisilmi kafah. Kalau memang kalian memilih beriman, masuklah ke dalam Islam itu secara kafah, secara utuh. Mengislamkan diri kita setiap detik, baik dalam hubungan hablu minallah maupun habluminanas.
Itulah sebabnya Allah menurunkan 6666 ayat Al-Quran, yang sebagian dari ayat Al-Quran ini dijelaskan oleh kurang lebih 5000 hadis Rasulullah SAW. Kenapa harus Allah turunkan ribuan ayat Al-Quran dari ribuan hadis ini? Karena yang mau diatur hidup seorang mu'min itu bukan hanya sekedar Salat, Saum, Zakat, Haji saja. Seluruh kehidupan dia berdetiklah, mulai dari masuk WC, keluar WC, sampai mengatur kehidupan berbahasa, rakyat bernegara. Ini kalau dia mau milih beriman.
Kalau tidak mau diatur hidupnya, jangan milih beriman, milih kafir. Bagi orang-orang yang berfaham sekularisme, liberalisme, yang memisahkan agama dari kehidupan, saya sering mengatakan, kenapa repot-repot? Harus menolak sebagian aturan Allah. Pilih kafir, anda bebas sebebas-bebasnya.
Kalau memilih beriman, sudah hilang kebebasan itu. Dan pilihannya hanya satu diantara dua. Memilih kafir atau memilih beriman? Memilih beriman konsepensinya kita sudah harus siap Islam, mengislamkan diri kita, menyerahkan sepenuhnya diri kita untuk diatur hidup kita oleh Allah SWT. Karena itu setiap orang mu'min sadar betul, bahwa selamat tidaknya dia, termasuk orang yang ditangisi atau tidak oleh Rasulullah SAW, dia harus bisa mengislamkan dirinya setiap saat.
Karena yang nanti akan dimintai pertanggung jawaban di yaumil akhir. Bukan hanya sebatas solat, zakat, sahum, haji saja, tapi seluruh kehidupan dia per detik. Mudahan ini bisa menjadi bahan muhasabah bagi kita semua. Jadi mari kita islamkan diri kita secara kafah dalam batas kemampuan yang mampu kita lakukan. Karena Allah tidak akan menuntut kita di luar kemampuan kita. Semoga bukan termasuk orang yang ditangisi oleh Rasulullah SAW.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan