Pentingnya Wara' saat Mencari Ilmu

Sahabat SantriLampung rohimakumullah, kami sudah sering mengupas masalah wara' disini sebenarnya pengertian wara' dilihat dari sudut pandang disiplin ilmu apa saja ruh nya sama yaitu kehati-hatian. Baik wara dalam Mencari Ilmu, ibadah, Muamalah, tasawuf dan lain sebagainya ... Dimana kehati-hatian tersebut disandarkan kepada sifat Allah yang Maha melihat dan mengawasi perbuatan manusia disetiap lini waktu kehidupan. Nah berikut ini adalah wara' dalam disiplin Ta'lim.

Wara' menurut Sahal bin Abdullah adalah meninggalkan hal-hal  yang tidak pasti (syubhat), yaitu hal-hal yang tidak berfaedah. Sedangkan menurut Asy-Syibli, wara' merupakan upaya untuk menghindarkan diri dari berbagai hal yang tidak berkaitan dengan Allah SWT. Menurut Imam Al-Ghazali wara' adalah menahan diri dari larangan Allah SWT. Dalam proses belajar pelajar hendaklah bersikap wara' yaitu sikap yang berhati-hati dan berusaha menjauhi segala perkara yang tidak saja haram tetapi juga syubhat dan makruh.

Dalam masalah wara' ini, sebagian ulama meriwayatkan hadits Nabi SAW, "Barangsiapa tidak berbuat wara' ketika belajar, maka Allah akan memberinya cobaan dengan salah satu dari tiga macam: dimatikan dalam usia muda, ditempatkan di tengah komunitas orang bodoh, atau dijadikan abdi penguasa." Tapi jika berbuat wara' ketika belajar, maka ilmunya bermanfaat, belajarnya mudah, dan faedahnya berlimpah.

Termasuk perbuatan wara' adalah menghindari perut kenyang, terlalu banyak tidur dan banyak ngobrol yang tidak berguna. Dan hendaklah menghindari makan makanan pasar, karena makanan pasar itu cenderung najis dan kotor, jauh dari dzikrullah bahkan cenderung membuat lemah dari Allah, dan orang-orang fakir melihatnya tetapi tidak mampu membelinya sehingga mereka tersiksa karenanya, maka hilanglah berkah makanan itu.

Baca juga :

Sebuah hikayat, Syaikh Imam yang mulia Muhammad Ibnu Fadhal pada masa belajarnya tidak pernah menyantap makanan pasar. Ayahanda Muhammad, yaitu Fadhal, tinggal di kampung, setiap Jum'at mengirim makanan ke rumahnya. Pada suatu hari Fadhal melihat roti pasar di rumah anaknya, ia pun marah dan enggan berbicara dengannya. Muhammad mohon maaf dan menjelaskan, "Saya tidak membeli roti itu dan saya pun tidak memakannya, tetapi itu pemberian temanku."Lalu sang ayah menimpali, "Bila kamu berhati-hati dan wara' niscaya temanmu tidak akan sembarangan seperti itu."

Demikian para pelajar zaman dahulu berbuat wara', dan ternyata mereka mendapat taufiq ilmu dan mengajarkannya sehingga keharuman nama mereka abadi sepanjang masa.

Seorang ahli Fiqih yang Zuhud berpesan kepada muridnya, "Hindarilah perbuatan ghibah dan bergaul dengan orang yang banyak bicaranya."Lalu katanya lagi, "Orang yang banyak bicara itu mencuri umurmu dan membuang sisa-sisa waktumu."

Termasuk wara' juga adalah menghindar dari orang yang suka berbuat anarki (perusak), maksiat dan pemalas. Bergaulah dengan orang-orang shalih. Karena pergaulan itu pasti membawa pengaruh. 

Demikian beberapa contoh perilaku wara' sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ta'lim Al-Muta'allim. Semoga menjadi tambahan ilmu untuk kita semua. Baca juga artikel kami yang lain.


image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
72994 24820 75203

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk