Bekal Menyikapi Musibah
"Ya Allah aku hanya punya "Sabar" untuk membalas surat cinta-Mu, tunjukilah sabarku dengan petunjuk-Mu agar aku tak keliru"
Bencana alam datang silih berganti. Melanda berbagai daerah dalam negeri. Mulai dari air yang membanjir, gempa bumi, tsunami dan erupsi. Berapa banyak nyawa yang akhirnya pergi. Menyisakan duka yang menyelimuti.
Setiap orang berbeda pandangan dalam menyikapi musibah yang menghampiri. Mereka yang tidak beriman melihat semua bencana terjadi secara alami. Tanpa mengikutsertakan sedikitpun kuasa Ilahi.
Sebagai seorang muslim, percaya bahwa Allah telah mengatur jagat raya. Allah mengetahui segala yang terjadi pada hamba. Bahkan sehelai daun pun yang jatuh telah ada dalam ketetapan-Nya.
Begitu juga dengan musibah dan bencana. Ia bukan hanya sekadar peristiwa alam yang berlalu begitu saja. Ada tiga hal setidaknya yang menyebabkan bencana datang menimpa. Pertama, sebagai azab dari-Nya. Kedua, sebagai ujian bagi hamba. Ketiga, sunnatullah dalam arti fenomena alam yang biasa terjadi di jagad raya.
Musibah merupakan surat cinta dari Sang Mahakuasa. Menyimpan sekian hikmah tak terkira. Untuk para hamba yang dicinta.
Di antara hikmah yang bisa direnungi:
Pertama, peringatan bagi manusia agar menjauhi maksiat dan tidak melakukan kerusakan di muka bumi. Karena musibah dan kerusakan yang terjadi, tidak lain karena ulah manusia sendiri.
ظهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (٤١)
"Telah nampak kerusakan di darat dan laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."(QS. Ar-Rum [30]: 41).
Serta menjadi media untuk intropeksi diri. Kembali ke jalan Ilahi. Penyebab bencana adalah kemaksiatan yang dilakoni. Bak yang tersurat dalam kalam suci,
"Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah (atau berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya," (Al-Isra'[17]: 16).
Kedua, momentum muqarabah, menjadikan diri semakin dekat dengan Allah. Agar iman kuat dan jauh dari laknat. Sebagaimana ketika kaum Nabi Musa dilanda gempa, maka beliau mengingatkan kaumnya untuk segera bertobat. Menjadi hamba yang taat. Agar musibah segera terangkat.
Ketiga, sarana bagi umat Islam untuk mempererat ukhuwah. Muslim ibarat satu tubuh tak terpisah. Ketika satu bagian terluka, yang lain ikut menanggung derita. Sehingga Rasulullah memberi jaminan bagi mereka yang sepenanggungan dengan saudaranya. Beliau bersabda, "Barang siapa yang meringankan beban saudaranya maka Allah akan meringankan bebannya di dunia dan akhirat." [HR. Muslim].
Dunia adalah persinggahan nan fana. Sedangkan akhirat tempat menetap selamanya. Ketika musibah datang melanda, percayalah bahwa ia adalah surat cinta Ilahi agar manusia ingat tempat kembali yang sesungguhnya.
Semoga dengan tiap rentetan peristiwa. Memperkokoh taqwa dalam jiwa. Dan mengubah kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan