Jangan Kalah dengan Abu Lahab

Suatu hari, tepatnya hari Senin, Tsuwaibah datang kepada tuannya, Abu Lahab. Ia menyampaikan kabar tentang kelahiran bayi mungil bernama Muhammad, keponakan barunya. Mendengar itu Abu Lahab pun bersukacita. Ia kegirangan seraya meneriakkan kata-kata pujian sepanjang jalan. Gembira bukan main.

Sebagai bentuk luapan kegembiraan, Abu Lahab  segera mengundang para tetangga dan kerabat dekatnya untuk merayakan kelahiran keponakan tercintanya ini: bayi laki-laki yang mungil, lucu dan sempurna. 

Sebagai penanda sukacitanya, ia pun berkata kepada budaknya, Tsuwaibah, di hadapan khalayak ramai yang mendatangi undangan perayaan kelahiran keponakannya itu, "Tsuwaibah, sebagai tanda syukurku atas kelahiran keponakanku (Muhammad), anak dari saudara laki-lakiku, Abdullah, maka kamu menjadi manusia merdeka mulai hari ini!"

Sayang, siapapun tahu, kelak Abu Lahab--yang notabene paman Nabi Muhammad ﷺ. ini—justru tampil menjadi salah satu musuh utama beliau. Ia mengingkari risalah kenabian beliau sekaligus menentang Alquran yang beliau bawa. Karena itu sosoknya lalu dikecam dalam satu surat tersendiri dalam Alquran, yakni Surat Al-Masad.

Namun demikian, karena ekspresi kegembiraannya menyambut kelahiran Muhammad, Abu Lahab mendapatkan keringanan siksaan, yakni pada setiap hari Senin. 

Imam al-Hafizh as-Suyuthi berkata dalam Al-Hawy (I/196-197), "Saya melihat Imamul Qurra`, Al-Hafizh Syamsuddin Ibnul Jauzi, berkata dalam kitab beliau yang berjudul, 'Urf at-Ta'rif bi al-Mawlid asy-Syarif, dengan teks sebagai berikut: 

Telah diperlihatkan Abu Lahab setelah meninggalnya di dalam mimpi. Dikatakan kepada dia, "Bagaimana keadaanmu?" Dia menjawab, "(Aku) di dalam neraka. Hanya saja, diringankan atas diriku siksaan setiap malam Senin. Hal ini karena aku memerdekakan Tsuwaibah ketika dia menyampaikan kabar gembira kepadaku tentang kelahiran Muhammad dan karena Tsuwaibah telah menyusuinya."

As-Suyuthi berkata, "Jika Abu Lahab yang kafir ini, yang telah dicela oleh Alquran, diringankan siksaannya dengan sebab kegembiraannya karena kelahiran Nabi Muhammad ﷺ., maka bagaimana lagi keadaan seorang Muslim dari kalangan umat beliau yang bertauhid, yang gembira dengan kelahiran beliau dan mengerahkan seluruh kemampuannya dalam mencintai beliau?! Saya bersumpah, tidak ada balasan dari Allah Yang Maha Pemurah kecuali Dia akan memasukkannya ke dalam surga."

Riwayat tentang Abu Lahab ini pun dicantumkan di dalam Kitab Al-Barjanji yang terkenal (Lihat juga: Syaikh Muhammad bin Alwi al-Maliki, Hawla al-Ihtifal bi al-Mawlid, hlm.8). 

Riwayat ini kemudian dijadikan sebagai salah satu 'dalil' oleh sebagian ulama tentang keabsahan merayakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ.

Tentu menarik jika riwayat ini dikaitkan dengan realitas umat Islam hari ini. Banyak dari umat ini yang begitu antusias dengan Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Namun, saat yang sama, sebagian dari mereka—khususnya para penguasanya—sering tak berbeda sikapnya dengan Abu Lahab. Mereka mengabaikan Alquran yang dibawa oleh Nabi ﷺ., mencampakkan dan menolak hukum-hukumnya dengan berbagai alasan. Bahkan menentang sebagian ajaran dan syariahnya.

Padahal bukankah demi Alquran, syariah dan hukum-hukumnya, Nabi Muhammad ﷺ. dilahirkan dan diutus? 

Baca juga :

Jika demikian, sekali lagi kita layak bertanya kepada diri sendiri: Tuluskah kita mencintai Rasulullah ﷺ.?

Di sisi lain, kita berduka sekaligus murka saat Alquran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. dinistakan. 

Namun, apakah kita juga berduka dan murka saat Alquran sekian lama dicampakkan? Saat syariahnya sekian lama tak dipedulikan? Juga saat hukum-hukumnya sekian lama tak diterapkan? 

Padahal bukankah demi Alquran, syariah dan hukum-hukumnya, Nabi Muhammad ﷺ. rela mengorbankan harta, keluarga, bahkan jiwanya? 

Jika demikian, kita pun layak bertanya kepada diri sendiri: Tuluskah ekspresi kesedihan dan kemarahan kita saat Alquran dinistakan? 

Faktanya, kita pun mungkin telah mengecewakan beliau. Bahkan kita mungkin telah benar-benar menyakiti perasaan beliau hingga beliau mengadu kepada Allah SWT:

وَقَالَ الرَّسُولُ يٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى اتَّخَذُوا هٰذَا الْقُرْءَانَ مَهْجُورًا

Rasul (Muhammad) berkata, "Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Alquran ini sebagai perkara yang diabaikan." (TQS al-Furqan [25]: 30).

Ayat di atas menceritakan pengaduan Rasulullah ﷺ. kepada Allah SWT tentang sikap dan perilaku kaumnya terhadap Alquran. Sebagian mufassir menjelaskan, jika Rasul telah mengadukan kaumnya kepada Allah SWT, maka Allah SWT menghalalkan azab atas mereka.

Kendati ayat ini berkenaan dengan orang-orang musyrik dan ketidakimanan mereka terhadap Alquran, susunan ayat ini juga mengancam orang yang berpaling dari Alquran secara umum, baik yang tidak mengamalkannya maupun yang tidak mengambil adabnya (Al-Qasimi, Mahâsin at-Tawîl, VII/426).

Banyak sikap dan perilaku yang oleh para mufasir dikategori hajr Alquran (meninggalkan atau mengabaikan Alquran). Di antaranya adalah menolak untuk mengimani dan membenarkan Alquran; tidak mentadaburi dan memahami Alquran; tidak mengamalkan dan mematuhi perintah dan larangan Alquran; berpaling dari Alquran, kemudian berpaling pada selainnya (Ibn Katsir, Tafsîr Alquran al-Azhîm, III/335). 

Bahkan boleh jadi, saat kita jauh lebih sering membuka HP daripada membuka dan membaca mushaf Alquran, sesungguhnya kita pun telah mengabaikan Alquran. NastaghfirulLah al-'Azhim.

Wa ma tawfiqi illa bilLah. []

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
71499 24092 73707

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk