Jangankan Zina, Goblok aja udah Maksiat.

Kenapa goblok itu maksiat? Soalnya turunannya bisa jadi fitnah. Nggak dapat informasi yang cukup tapi kebelet sebar-sebar prasangka.

"Gus, apa sebaiknya nggak ditebang aja?" tanya Mas Hasan.

Baru saja Mas Hasan memberitahu bahwa ada geger-geger di kantor kelurahan. Ketika sedang kerja bakti untuk membersihkan kebun di belakang mushola kelurahan Mas Hasan menemukan ada Pohon Cemara yang tumbuh. Tak terlalu tinggi, tapi sangat jelas itu Pohon Cemara.

"Ngapain ditebang segala?" tanya balik Gus Muluk.

"Lha kan itu tepat di belakang mushola? Itu kan pohon Kristen. Kalau orang shalat di sana bisa bahaya, Gus. Kita jadi nyembah pohon Kristen," kata Mas Hasan berapi-api.

"Yang ngira gitu siapa?" tanya Gus Muluk.

"Ya banyak toh, Gus. Kan jalur kiblatnya jelas. Di belakang tempat imam langsung itu, Gus, pohonnya. Itu artinya, arah menuju kiblat ke Kakbah ketutupan sama pohon Kristen itu," kata Mas Hasan lagi.

Gus Muluk terkekeh mendengarnya.

"Jadi kalau misalnya yang tumbuh di belakang tempat imam itu pohon rambutan, kamu jadi nggak ingin nebang pohonnya?" tanya Gus Muluk.

"Ya, beda dong, Gus. Rambutan kan ada buahnya," kata Mas Hasan.

"Emang, agamanya pohon itu ditentukan dari ada buahnya atau tidak? Sejak kapan Pohon Cemara dianggap kamu Kristen dan pohon Rambutan lebih islami, jadi nggak perlu ditebang?" tanya Gus Muluk.

"Lah kan ya jelas to, Gus. Pohon Cemara kan dipakai untuk perayaan Natal. Itu kan pohon khas agama Kristen," kata Mas Hasan.

Gus Muluk lagi-lagi ingin tertawa. Tapi dia tahan, takut menyinggung perasaan Mas Hasan.

"Emangnya kenapa kalau ada pohon Kristen di belakang mushala? Salat kita jadi nggak sah gitu?" tanya Gus Muluk lagi.

"Ya, bisa jadi. Kan kita jadi nggak konsen, Gus. Wah, arah kiblat kita udah ketutupan sama pohon Kristen. Jadi nggak sah dong salatnya," kata Mas Hasan.

"Sejak kapan syarat sah shalat itu disebut harus nggak ada pohon Cemara di hadapannya. Lha kalau gitu logikanya, kamu shalat di hadapanmu ada kulkas ya kamu bisa dianggap nyembah kulkas dong," kata Gus Muluk lagi.

"Ta, tapi, Gus. Ini kan pohon Kristen," kata Mas Hasan masih kukuh.

"Tahu darimana kamu pohon agamanya apa? Yang menafsirkan itu pohon Kristen siapa? Sampeyan sendiri to? Hanya karena dipakai untuk perayaan Natal saja," kata Gus Muluk.

"Ya kalaupun itu bukan pohon Kristen, itu pohon kan biasa dipakai untuk umat Kristen. Padahal kan menyerupai suatu kaum itu bahaya, Gus," kata Mas Hasan.

Baca juga :

"Lha kalau gitu, berarti lampu kelap-kelip yang kita pasang di plang masjid itu harus kita bongkar, Mas Hasan," kata Gus Muluk.

"Lho, kok gitu? Emang kenapa?"

"Lha kan lampu kelap-kelip juga biasa dipasang untuk menghias Pohon Cemara buat natalan, lha itu kan lampu Kristen juga," kata Gus Muluk.

Mas Hasan langsung berubah air mukanya. Dari yang tadinya grusa-grusu, berubah jadi cengengesan sendiri.

"Hehe, tapi yang jelas, pohon itu memang harus ditebang, Gus, soalnya daunnya sering berguguran di belakang musala dan bikin kotor," kata Mas Hasan.

"Kalau alasannya itu, ya silakan saja. Tapi kalau alasannya hanya semata-mata karena Mas Hasan menuduh itu pohon Kristen, wah itu aku nggak setuju. Lha wong, saat Nabi Isa yang dipercaya sebagai Yesus sama umat Kristiani saja nggak pernah pakai Pohon Cemara dalam dakwahnya. Itu kan budaya orang Eropa aja. Kayak kita Lebaran pakai ketupat aja, nggak terus kemudian ketupat jadi makanan Islami," kata Gus Muluk.

"Wah, ternyata saya segoblok ini ya, Gus. Sampai mau buru-buru koar-koar ke warga kampung untuk nebang pohon Kris, eh, pohon Cemara di belakang mushala kantor Kelurahan," kata Mas Hasan tertawa.

"Ya itulah, Mas Hasan. Harus hati-hati. Sampeyan tapi bagus masih tanya-tanya dulu. Soalnya sikap goblok, bodoh, bebal itu termasuk kemaksiatan juga lho. Terima fakta dan dalil mentah-mentah, nggak diproses dulu. Bisa bahaya," kata Gus Muluk.

"Ah, Gus Muluk bisa aja, masa iya goblok termasuk kemaksiatan sih, Gus? Lha kalau emang nggak tahu kan nggak apa-apa?" tanya Mas Hasan.

"Kalau merasa nggak tahu itu nggak apa-apa. Goblok di sini kan orang yang sebenarnya nggak tahu apa-apa tapi merasa tahu. Orang model begini ini yang berbahaya. Lha di luar sana masih ada aja orang yang nggak mau mempelajari sejarah Pohon Cemara jadi tradisi perayaan umat Kristen, terus main tuduh-tuduh aja. Nggak paham sama yang dituduh, tapi sebar prasangka buruk, itu kan ambyar. Allah sendiri berfirman, sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat buat orang-orang yang melakukan kejahatan lantaran kebodohan," kata Gus Muluk.

"Berarti saya nggak termasuk maksiat dong, Gus? Kan saya belum berbuat jahat?" tanya Mas Hasan membela diri.

"Insya Allah sih nggak. Tapi kalau sampeyan udah koar-koar ke warga, provokasi misalnya, lalu bikin tuduhan macam-macam. Lha kan jadinya fitnah. Orang nyebar fitnah itu didasari karena nggak tahu informasi yang sebenarnya, tapi kepingin eksis. Lalu bikin-bikin prasangka. Bikin sikap permusuhan sama saudara sendiri, jadinya pecah, perang, ribut antar sesama. Itulah kenapa goblok itu juga jadi sumbernya maksiat, soalnya turunannya bisa jadi fitnah. Nggak perlu sampai zina, goblok aja itu udah maksiat, Mas Hasan," kata Gus Muluk.

"Lha makanya itu saya tanya panjenengan, Gus. Karena saya merasa nggak begitu tahu, makanya tanya," kata Mas Hasan.

"Yang bahaya itu nggak cukup pada sikap gobloknya aja, tapi sikap sombongnya juga. Soalnya sikap sombong itu bikin orang malas untuk bertanya, jadi bikin orang malas untuk cari ilmu baru, bikin orang jadi nggak mau mempelajari apa yang dianggapnya musuh. Jadi ilmunya nggak nambah-nambah, lalu jadi serba takut sama sekitarnya. Siapa-siapa dimusuhi, dijauhi. Padahal kita ini beragama Islam untuk nyebarin rahmat, ini malah dimakan-makan sendiri, takut-takut sendiri," kata Gus Muluk.

"Dan kamu tahu dari siapa kita bisa mendapat contoh bahwa sikap sombong dan goblok itu jadi kolaborasi sempurna untuk maksiat?"

"Dari siapa, Gus?"

"Ya Iblis dong. Disuruh bersujud ke hadapan Nabi Adam sama Gusti Allah kok nolak. Merasa dirinya lebih baik daripada Nabi Adam lagi," kata Gus Muluk.

"Ya itu mah cuma sikap sombong, Gus. Nggak ada goblok-gobloknya itu," kata Mas Hasan.

"Ya goblok bangetlah itu, Mas Hasan," kata Gus Muluk.

"Lho kok bisa?"

"Ya iyalah, Iblis itu tahu secara langsung Gusti Allah itu Sang Pencipta. Tahu secara langsung lho. Gitu kok nentang, langsung di hadapan-Nya lagi. Itu kalau nggak goblok apa namanya, Mas Hasan?"

image_title
Pasang Iklan
Print Friendly and PDF
73169 24978 75378

Mau donasi lewat mana?

Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Blogger and WriterCreator Lampung yang masih harus banyak belajar.

Suratku untuk Tuhan - Wahai Dzat yang kasih sayangnya tiada tanding, rahmatilah tamu-tamuku disini. Sebab ia telah memuliakan risalah agama-Mu. Selengkapnya

Donasi

BANK Mandiri 9000046481967
an.Kholil Khoirul Muluk