Panggilan untuk Kembali
Sahabat SantriLampung ini adalah lanjutan hasanah tentang Tobat.
Saat kegelisahan itu datang, kita kembali menoleh pada berbagai macam bentuk jawaban. Menyibukkan diri dengan kiat-kiat hidup bahagia, metode NLP atau yoga training. Berkutat di buku-buku agama, menghadiri berbagai pengajian, menenggelamkan diri dalam hobi agar kegelisahan itu berhenti. Atau menemui psikiater dan psikolog—kita mencari jawaban atas kebingungan dan kegelisahan yang disisakan oleh kehidupan kita sendiri, menemukan apa yang salah dalam kehidupan yang kita jalani.
Sebenarnya, Allah kerap memanggil kita untuk kembali kepada-Nya, dengan cara apa saja. Dia, dengan kasih sayang-Nya, terkadang membuat suasana kehidupan seorang anak manusia sedemikian rupa sehingga kalbunya dibuat-Nya menoleh kepada Allah. Hanya saja, teramat sedikit orang yang mau mendengarkan—atau berusaha mencermati—panggilan-Nya ini.
Dalam hal ini, Allah amatlah pengasih. Apakah seseorang percaya kepada-Nya atau tidak, beragama atau tidak, Dia tidak pandang bulu. Apakah seseorang membaca kitab-Nya atau tidak, percaya pada para utusan-Nya ataupun tidak, semua orang pernah dipanggil-Nya dengan cara seperti ini. Setiap orang pasti dipanggil-Nya seperti ini untuk mencari kesejatian, untuk mencari hakikat kehidupan.
Taubat
Apakah seseorang membaca kitab-Nya atau tidak, percaya pada para utusan-Nya ataupun tidak, semua orang pernah dipanggil-Nya dengan cara seperti ini. Setiap orang pasti dipanggil-Nya seperti ini untuk mencari kesejatian, untuk mencari hakikat kehidupan.
Kita sering tidak menyadari bahwa berbagai sisi kehidupan yang kita telusuri sepanjang waktu itu, akan melontarkan kita pada satu gerbang, yang bukan untuk sembarang orang. Tak semua orang bisa sampai ke sana. Sebuah gerbang yang sebenar-benarnya akan mengantarkan kita pada sebuah perjalanan panjang untuk kembali kepada-Nya. Sebuah gerbang yang hanya bisa kita buka dengan satu kunci: taubat.
Taubat berasal dari kata dalam bahasa Arab “taaba” yang berarti kembali. Sebuah respons penyikapan atas adanya keinginan untuk kembali kepada Allah, yaitu bagi siapa saja yang menghendaki. Dan siapa pun yang menghendaki untuk menempuh jalan menuju Allah, sesungguhnya Allah telah memanggilnya lebih dahulu (Q.S. Al-Insaan [76]: 29-30).
إِنَّ هَـٰذِهِ تَذْكِرَةٌ ۖ فَمَن شَاءَ اتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلًا وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّـهُ ۚ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
Sesungguhnya ini adalah sebuah peringatan: Barangsiapa yang menghendaki, biarlah ia mengambil jalan menuju Rabb-nya. Dan tiadalah kamu akan berkehendak (menempuh jalan itu), kecuali jika itu dikehendaki oleh Allah. Sungguh, Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. – Q.S. Al-Insaan [76]: 29-30
Kita sering merasa bahwa kita lah yang memilih untuk kembali pada Allah, dan kita lah yang mencari kebenaran. Namun sebenarnya tidak. Dia lah yang memilih. Dia yang mencari hamba-Nya yang ingin kembali dan memilihnya.
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ
Kemudian Tuhan memilihnya, maka Dia menerima taubatnya, dan memberinya petunjuk. – Q.S. Thaahaa [20]: 122.
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَـلَمِينَ لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّـهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Ini tidak lain, melainkan peringatan bagi alam semesta, bagi siapa di antara kamu yang ingin menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikendaki Allah, Tuhan Semesta Alam. – Q.S. At-Takwiir [81]: 27-29

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan