Pengertian Mahabbah
Menurut al-Tustari mahabbah adalah keselarasan hati dengan Allah SWT, konsisten dalam keadaannya, mengikuti Nabi-Nya, senantiasa berdzikir dan merasakan manis munajat bersama-Nya. Dalam ungkapanya yang lain, ia mengatakan bahwa mahabbah adalah kerekatan dalam ketaatan dan keengganan dalam perbedaan. Makna yang sangat dalam tentang mahabbah ketika ia mengatakan bahwa mahabbah yaitu engkau mencintai segala sesuatu yang dicintai kekasihmu dan membenci segala sesuatu yang dibenci kekasihmu.
Menurut al Tustari, khauf menumbuhkan cinta, orang-orang kafir mengaku "mahabbah" (mencintai) Allah SWT tetapi Ia tidak memberikan keimanan kapadanya, sedangkan orang-orang mukmin khauf (takut) kepada Allah dan Allah melimpahkan keimanan kepadanya. Pernyataan "orang-orang kafir "mahabbah" (mencintai) Allah SWT", kiranya bahwa dalam pemahaman al-Tustari orang-orang kafir mengira dirinya mencintai Allah tetapi mereka tidak mengikuti jalan yang dapat menyampaikan kepada-Nya, yaitu "itba''" (mengikuti Rasul) sehingga mereka tidak mendapatkan apa yang mereka katakan yakni mahabbah yang sesungguhnya. Karena itba'' merupakan syarat dalam mahabbah, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Ali Imran [3]:31 Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sahl al-Tustari mengatakan bahwa ciri mahabbah adalah adanya pengaruh cinta pada diri, dan tidak setiap orang yang melakukan ketaatan kepada Allah SWT menjadi pecinta, karena pecinta adalah orang yang dapat menjauhi larangan-Nya. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa kecintaan seorang hamba kepada Allah SWT menyebabkan kecintaan Allah SWT kepadanya, sebagaimana Allah SWT mengatakan "yuhibbuhum wa yuhibbunahu". Jika Allah sudah mencintainya maka Ia akan memberikan perlindungan dan pertolongan-Nya untuk melawan musuh-musuhnya, dan musuh-musuh itu adalah nafsu dan syahwatnya. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Nisa [4]:45, "Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. dan cukuplah Allah menjadi pelindung (bagimu). dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu)."Ciri mahabbah kepada Allah SWT ialah mencintai al-Qur'an; ciri cinta kepada Al-Quran adalah cinta kepada Nabi Muhammad Saw; ciri cinta kepada Nabi cinta kepada sunahnya; ciri cinta kepada sunnah cinta kepada akhirat; ciri cinta kepada akhirat membenci dunia; dan ciri membenci dunia ialah tidak mengambilnya kecuali hanya untuk bekal akhirat. Perkataan al-Tustari tersebut bersumber dari perkataan Ibn Mas'ud "tidak akan ditanya seseorang diantara kamu kecuali tentang al-Quran, jika ia mencintai al-Quran maka ia mencintai Allah dan jika tidak mencintai al-Quran maka ia tidak mencintai Allah SWT.
Selain ciri di atas, al-Tustari mengatakan bahwa orang yang mencintai Allah SWT lisannya tidak akan pernah lupa menyebut nama-Nya (dzikir), selalu mensyukuri nikmat, senantiasa merasa bersama-Nya dan sibuk melaksanakan perintah-Nya, dan yang paling agung adalah tidak pernah mengeluhkan kekasihnya. Dalam suatu riwayat disebutkan, beliau mengobati orang yang sakit padahal dia sendiri terlihat (seperti) sedang sakit. Lalu ia ditanya mengapa Tuan tidak mengobati diri tuan sendiri? ia menjawab "pukulan seorang kekasih tidak akan menyakiti kekasihnya".

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan