Dampak buruk Kemaksiatan
Syaikh as-Sa'di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa firman-Nya, "Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu." Yakni, siksaan bahkan menimpa pelaku kezhaliman dan orang selainnya. Hal ini terjadi bila kezhaliman sudah begitu nyata, namun tidak dirubah sehingga siksaan-Nya mencakup pelakunya dan orang selainnya.
Cara memelihara diri dari fitnah (siksaan) ini adalah dengan mencegah kemungkaran, melibas pelaku kejahatan dan kerusakan dengan tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat maksiat dan berbuat zhalim sebisa mungkin. (Taisirul Kariimir Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan karya syaikh Nashir as-Sa'di).
Terkadang kemaksiatan seorang hamba atau sekelompok ikhwah bisa mengakibatkan seluruh bagian dari jamaah merasakan pengaruh buruknya. Bisa jadi juga kemaksiatan itu menjadi faktor kehancuran dan malapetaka atau menjadi sebab hadirnya ujian yang sangat berat. Khususnya jika yang melakukan hal tersebut adalah seorang tokoh uswah teladan atau pemimpin dari sebuah jamaah.
Sejarah merekam berbagai kisah yang memberikan berbagai pelajaran mengenai hal tersebut.
Beberapa di antaranya dialami oleh generasi terbaik umat ini. Merekalah para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, radhiyallahu 'anhum ajma'in. Manakala tengah berada di medan jihad.
Perang Uhud misalnya, manakala pasukan Muslimin hampir mencapai kemenangannya. Namun karena kealpaan para pasukan bagian pemanah yang tidak sam'ah wa tha'ah kepada Nabi untuk tetap di atas gunung, mereka turun dari gunung Uhud untuk ikut mengambil ghanimah di bawah. Maka seketika itu musuhpun mengambil alih posisi pasukan Muslimin. Inilah akibat dari kemaksiatan personal atau sekelompok kecil yang memacu timbulnya bencana dalam jamaah.
"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata, "Dari mana datangnya (kekalahan) ini? Katakanlah, "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." (QS. Ali Imran: 165).
Dampak buruk dosa akan nampak meskipun tidak seketika.
Hasan al-Bashri berkata: "Melakukan suatu kebaikan betapapun kecilnya, ia akan menawarkan cahaya dalam hatinya dan memberikan kekuatan pada amalnya. Barangsiapa melakukan kejahatan betapapun kecilnya lalu ia meremehkannya, maka hal itu akan mewariskan kegelapan pada hatinya dan kelemahan pada amalnya."
Al-Fudhail bin 'Iyyad berkata: "Jika aku melakukan suatu maksiat, maka aku melihat akibatnya dalam perilaku pembantu dan hewan tungganganku."
Abu Hurairah berkata: "Sesungguhnya seekor burung akan mati di sarangnya karena perbuatan zhalim seseorang."
Mujahid berkata: "Sesungguhnya binatang ternak melaknat ahli maksiat dari keturunan Adam. Jika paceklik menimpa dan hujan tidak turun mereka berkata, 'Ini akibat maksiat yang dilakukan oleh keturunan Adam'."
Ikrimah berkata: "Binatang melata dan serangga di bumi hingga kumbang kelapa dan kalajengking berkata, 'Kami tidak merasakan walau setetes hujan karena dosa-dosa Bani Adam'."
Orang-orang shalih sangat sensitif terhadap dosa, sehingga mereka masih ingat dosa-dosa puluhan tahun lalu. Mereka merasakan, bahwa hal-hal buruk yang terjadi pada mereka tidak lain disebabkan oleh dosa mereka sendiri.
Mereka memohon ampunan dan kasih sayang Allah atas diri mereka. Sedangkan orang yang fasik tidak merasakan hal itu karena mereka menunda taubat. Sehingga hati mereka terkunci rapat dari mendengarkan kebenaran setiap kali mendapat suatu musibah, mereka tidak sadar akan dosa mereka.
Demikianlah beberapa gambaran kemaksiatan personal yang berpengaruh terhadap yang lainnya. Wallahu A'lam.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan