Tasawuf menurut Ulama Syariat
Banyak dari para ulama syariat atau ilmu fiqh ternama, para mufassir, termasuk para imam dari empat mazhab Ahlus Sunnah adalah para pemerhati yang simpatik bahkan pengamal tasawuf. Imam Syafi'i pernah berkata: "Tiga hal yang aku dibuat senang dengannya, yaitu: tidak berpura-pura, memperlakukan orang lain dengan baik, dan mengikuti jalan tasawuf" sebagaimana tertulis dalam kitab Kasyf Al-Khafa dari Al-'Ajluni.
Demikian pula dengan Imam Malik yang bahkan secara lugas mengatakan, "Barangsiapa bertasawuf tanpa syariat, maka ia telah zindiq (menampakkan keislaman, tapi menyembunyikan kekafiran). Dan barangsiapa bersyariat tanpa tasawuf, maka ia telah fasiq. Barangsiapa yang melakukan keduanya, akan memperoleh kebenaran" sebagaimana diriwayatkan oleh beberapa muhadits.
Ibnu Taymiyah, seorang ulama besar syariat yang dijuluki "Syaikhul Islam", dan termasuk ulama yang sangat getol dalam memerangi bid'ah pada jamannya, pernah menuliskan dalam Majmu'a Fatwa bahwa: "Istilah tasawuf ditujukan kepada ilmu-ilmu yang terkait dengan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan Al-Ihsan." Lalu, lanjut beliau pula,
"As-sufi huwa fil haqiqa nau'un min as-siddiqin. Fa huwa as-siddiq alladzi ikhtassa bil zuhadi wal 'ibada,"
Sufi pada hakikatnya adalah termasuk siddiq (jalan kebenaran), yakni siddiq yang mengkhususkan diri pada zuhud dan ibadah. Ibnu Taymiyah juga sempat menuliskan sebuah syarh (ulasan, tinjauan) yang panjang dan penuh simpatik terhadap buku Futuh Al-Ghaib dari Abdul Qadir Al-Jailani, seorang sufi besar dan mursyid pendiri Thariqah Qadiriyah.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan