Wirid dan Warid
Sahabat SantriLampung yang dirahmati Allah, Ketahuilah bahwa Hanya orang bodoh yang menganggap rendah
sebuah wirid. Warid masih dapat ditemukan
diakhirat, sementara wirid akan habis seiring
dengan lenyapnya dunia ini. Dan yang paling
utama untuk ditekuni adalah sesuatu yang tidak
dapat diganti wujudnya.
Pasang Iklan
Wirid adalah apa yang
Allah minta darimu, sedangkan warid adalah apa
yang engkau minta dari-Nya. Lalu, dimanakah
letak apa yang Allah minta darimu dengan apa
yang engkau minta dari-Nya?
Wirid secara istilah adalah dzikir dan ibadah
yang telah menjadi rutinitas, diwajibkan oleh
seseorang pada dirinya sendiri atau atas
perintah guru pada muridnya. Sedangkan
warid adalah tiupan ilahiyyah dihati hamba
hamba yang dikehendaki-Nya sehingga
memberikan kekuatan dalam beraktifitas.
Warid tidak datang kecuali tiba-tiba dan tidak
kekal pada hamba tersebut.
Wirid sendiri terbagi menjadi tiga;
1. wirid ibad dan zuhud dari para mujtahidin,
2. wirid ahli suluk
dari tingkat As-sâirin dan
3. wirid Al-washilun
para 'arifin.
Wirid mujtahidin adalah
menghabiskan waktunya dengan berbagai
macam ibadah dari dzikir, doa-doa, sholat dan
puasa.
Imam ghozali telah menyebutkan
berbagai wirid siang dan
dan malam dan
menertentukan setiap waktu dengan wirid
tertentu
Sedangkan wirid As-sairin adalah dengan
berusaha keluar dari kesibukan-kesibukan
selain untuk Allah, meninggalkan keterkaitan
dengan dunia, membersihkan hati dari cela
dan aib dan menghiasi diri dengan akhlak
mulia. lbadah mereka adalah satu dzikir, tidak
lebih, yakni dzikir yang telah ditertentukan
oleh gurunya.
Sedangkan wirid Al-Washilun
adalah dengan membuang hawa nafsu dan
mencintai tuannya.
Setiap orang yang telah diposisikan oleh Allah
pada wirid tertentu, maka wajib baginya untuk
melanggengkannya dan tidak berpindah pada
yang lainnya dan juga tidak diperkenankan
untuk menghina wirid orang lain. Seorang
yang 'Arif tidaklah menghina dan meremehkan
apapun, bahkan ia memposisikan
sesuatu apapun
segala sesuatu pada porsinya. Tidaklah sebuah
wirid dianggap remeh dan rendah kecuali oleh
orang yang bodoh atau orang yang menentang. Bagaimana mungkin ia meremehkan dan
menganggap rendah sebuah wirid, sedangkan
dengan wirid sampailah seorang hamba pada
tuhannya ? Buah dan pahala wirid akan
didapat dan diperoleh diakhirat, sedangkan
warid yang engkau minta didunia dengan
meremehkan wirid akan berakhir dengan
berakhirnya dunia.
Allah berfirman:
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu
disebabkan amal-amal yang dahulu kamu
kerjakan.
Selain itu, apabila engkau dianugrahi buahnya
warid berupa keyakinan, ketenagan, ridho,
pasrah dan lain sebagainya maka cukuplah
Allah semata bagimu, maka tidaklah seorang
hamba meremehkan wirid dengan meminta
warid kecuali ia adalah hamba warid. Adapun
hamba Allah maka ia tidak akan berpaling pada
selain-Nya, bahkan ia akan selau melanggeng
kan apa yang dituntut padanya dari tugas
tugas ibadah sebagai bentuk pemenuhan hak
ketuhanan.
Dengan semua itu, sampailah ia
pada kerelaan tuhannya.
Yang harus diprioritaskan oleh seorang hamba
adalah perihal yang akan terputus wujudnya
dengan sebab kematiannya. Hal itu adalah
wirid. Seorang hamba akan selalu dapat
melakukan wirid selama masih hidup didunia
ini, namun tidak dialam akhirat.
Alam akhirat
adalah alam pembalasan yang tidak ada lagi
amal yang dikerjakan sedangkan dunia adalah tempat beramal yang belum ada balasannya.
Maka ambilah kesempatan hidup didunia ini
sebelum semua berakhir, sebab tidaklah satu
waktu yang ditiadakan dari amal kecuali ia
kehilangannya.
Dalam sebuah hadist disebut
kan : "Tidaklah berlalu pada seorang hamba
waktu yang tidak digunakan untuk berdzikir
kepada Allah kecuali hamba tersebut akan
menyesalinya dihari kiamat"
Yang harus diprioritas lagi adalah perihal yang
dituntut Allah kepad dirimu, yakni wirid
bukan yang engkau minta kepada-Nya dari
sebuah warid.
Wirid yang menjadi rutinitas
penghambaan adalah perihal yang dituntut
Allah kepada kita sedangkan warid adalah
rutinitas bebas sehingga wajar saja nafsu
sangat menginginkan warid tersebut. Lalu,
dimanakah letak apa yang Allah minta darimu
dengan apa yang engkau minta dari-Nya?
Diantara keduanya terdapat perbedaan yang
besar. Oleh karena itu, memprioritaskan wirid
lebihlah utama dibanding dengan mementingkan warid
sebab wirid adalah
rutinitas
ubudiyyah yang tidak akan terputus selama
hamba tersebut masih didunia ini.
An-Nagshabandi berkata "Oleh karenanya
Nabi Saw tidaklah pernah meninggalkan
maqom ibadah ini sampai dua tumitnya
bengkak, kemudian dikatakan padanya; Apa
yang engkau lakukan wahai Rasul ? Sedangkan
Allah telah mengampuni dosamu yang telah
lewat dan yang akan datang ? Rasul Saw
menjawab: Apakah aku tidak diperbolehkan
menjadi hamba yang bersyukur ? Rasul
memberikan hikmah bahwa mensyukuri
nikmat adalah kesempurnaan dalam berkhidmah.
Hal ini juga merupakan jalan yang ditempuh
Al Junaid Al Baghdadi. Beliau tidak pernah meninggalkan wiridnya sampai detik-detik ajal menjemputnya. Suatu ketika Al-junaid ditanya oleh
salah satu santrinya "Wahai guru, disana ada
segolongan orang yang menyangka bahwa
mereka telah sampai pada derajad tidak lagi
diwajibkan ibadah".
Lantas Al-Junaid berkata Apa yang mereka lakukan dapat menyampaikan mereka, namun kedalam neraka !!. Dalam satu riwayat disebutkan
bahwa Al-Junaid menjawab " Orang semacam
itu lebih berbahaya dibanding dengan para
pencuri dan pelacur !!!
Diceritakan pula bahwa suatu hari ada seorang
lelaki bertemu dengan Al-Junaid sedang mem
bawa tasbih. Lantas lelaki itu berkata "Wahai
Junaid, dengan kemuliaanmu, kenapa engkau
masih membawa tasbih ? AI-Junaid berkata
Benar, tasbih ini adalah sebab kami bisa
sampai pada tujuan kami , maka kami tidak
akan meninggalkannya selamanya". Syariat
adalah pintu dan hakikat adalah rumah Ar
Rahman, maka tidaklah seorang hamba masuk
kedalam hakikat kecuali melalui pintu syariat.

71695
24193
73903
Mau donasi lewat mana?
Mandiri a.n. Kholil Khoirul Muluk
REK (90000-4648-1967)
REK (90000-4648-1967)
Bantu SantriLampung berkembang. Ayo dukung dengan donasi. Klik tombol merah.
Gabung dalam percakapan