Menjiwai Makna Rukun Haji
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam dan dapat dilakukan oleh seluruh umat Islam yang mampu. Artinya menunaikan ibadah haji bukanlah suatu kewajiban, melainkan sunnah bagi yang mampu. Demikianlah tidak ada hukuman bagi yang tidak mampu, melainkan keberkahan bagi yang mampu. Seluruh umat Islam yang mampu dapat menunaikan ibadah haji di bulan Zulhijjah setiap tahunnya.
Ibadah haji biasanya dilaksanakan dengan beberapa kegiatan atau disebut juga rukun haji. Mulai dari mengenakan kain ihram berwarna putih, berkeliling Ka'bah tujuh kali (Tawaf), lari dari Shofa ke Marwa tujuh kali, mencukur kepala (Tahalul), melempar Jumrah, bermalam di Mina dan Muzdalifah, dan mengunjungi Madinah.
Dari hal-hal tersebut jelaslah bahwa rukun haji mempunyai makna kebajikan. Beberapa rukun haji yang dijalani setiap jamaah mewakili nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteladani. Setiap rukun haji ini juga mengandung landasan filosofis yang menjadi pelajaran hidup bagi yang memahaminya. Dalam kesempatan ini ananda ingin memberikan ulasan mengenai arti dari rukun haji.
[1]. Mengenakan Pakaian Ihram
Makna rukun ibadah haji yang pertama yaitu saat mengenakan pakaian ihram. Dalam hal ini, setiap jemaah haji wajib mengenakan kain putih yang dililitkan untuk menutupi tubuh secara seragam.
Ini dapat dimaknai bahwa seluruh umat manusia sebagai ciptaan Allah mempunyai kedudukan yang sama. Tidak lagi dibedakan dari status sosial, ekonomi, profesi, atau yang lainnya.
Bahwa semua umat di mata Allah adalah sama. Satu-satunya hal yang membedakan satu orang dengan orang lainnya tidak lain adalah ketakwaannya kepada Allah SWT.
[2]. Larangan Saat Memakai Ihram
Makna rukun ibadah haji selanjutnya dapat dimaknai dari berbagai larangan yang tidak boleh dilakukan saat memakai kain ihram. Di sini, seluruh jemaah haji yang telah berpakaian ihram dilarang menyakiti dan membunuh binatang, mencabut pepohonan, hingga menumpahkan darah.
Syariat ini dapat memberikan pelajaran bahwa sesama makhluk hidup ciptaan Allah harus saling menjaga, tidak merusak, dan tidak saling menjatuhkan. Selain itu, sesama makhluk ciptaan-Nya harus bersama-sama mencapai tujuan kebaikan untuk mendapat ridho Allah.
Selain itu, jemaah haji juga dilarang untuk memakai wewangian, memakai perhiasan, serta bercumbu, jimak atau kawin. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia bukan semata-mata materi dan nafsu melainkan sebagai kondisi jiwa jiwa yang kuat dan senantiasa memuji kebesaran dan kesucian Allah.
[3]. Mengunjungi Kabah
Makna rukun ibadah haji berikutnya yaitu saat mengunjungi Ka’bah. Dalam hal ini, seluruh umat muslim perlu memberikan hormat kepada Nabi Ismail, putera Nabi Ibrahim yang telah membangun Ka’bah sebagai tempat suci Allah. Bukan hanya itu, umat muslim juga harus meneladani sikap baik, kuat, dan taat dari seorang Siti Hajar, yang tidak lain adalah Ibu dari Nabi Ismail.
Sebagai perempuan berkulit hitam dan budak miskin, Siti Hajar adalah seseorang yang mempunyai kemuliaan hati dan keimanan yang tinggi kepada Allah. Sehingga dalam hal ini terlihat jelas bahwa kedudukan seorang umat yang baik di mata Allah diukur dari ketaatan, ketakwaan, dan kedekatannya kepada Allah. Bukan dari status sosial, keturunan ras, maupun keadaan ekonominya.
[4]. Thawaf dan Sai
Makna rukun ibadah haji juga terdapat dalam kegiatan thawaf dan sa’i. Dalam hal ini, selesai melakukan thawaf seluruh jemaah haji biasanya berkumpul dan berbaur menjadi satu dengan yang lain. Ini memberikan arti kebersamaan untuk menuju satu tujuan yang baik, yaitu senantiasa mendapat keridhoan Allah.
Selain itu, dalam ibadah sa’i seluruh umat muslim diwajibkan berjalan atau berlari-lari kecil dari Shofa ke Marwah. Kegiatan ini dilakukan untuk menghargai dan merasakan perjuangan Siti Hajar yang berupaya memperoleh mukjizat kehidupan untuk sang Anak Ismail yang sedang kehausan.
Dari hal ini, umat muslim perlu menyadari bahwa anugerah yang datang dari Allah bisa didapatkan setelah melakukan perjuangan dan usaha keras. Sebab Allah tidak akan menurunkan anugerah bagi orang yang bermalas-malasan.
[4]. Berkumpul di Padang Arafah jemaah haji wukuf di padang arafah
Makna rukun ibadah haji selanjutnya didapat dari kegiatan berkumpul di padang Arafah. Tempat ini tidak lain merupakan tempat bertemunya Nabi Adam dan Hawa setelah lama terpisah.
Di tempat inilah, seharusnya manusia menemukan jati diri dari perjalanan hidupnya. Sehingga bisa senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Sang Maha Pencipta.
Selain itu, padang Arafah ini manusia diajarkan perilaku yang ‘arif (sadar) dan mengetahui. Di mana semakin manusia mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.
[6]. Melempar Jumrah
Makna rukun ibadah haji yang terakhir yaitu melempar jumrah. Kegiatan ini dilakukan jemaah haji dari Mekkah ke Muzdalifah kemudian menuju ke Mina. Di tempat tersebut, jemaah haji dapat melempar batu-batu kecil sebagai simbol untuk memerangi setan dan godaannya pada diri manusia.
Di Muzdalifah, jemaah haji dapat mengumpulkan batu-batu kecil sebagai senjata untuk melawan setan. Kegiatan ini dilakukan tepat di malam harinya.
Kemudian batu tersebut akan dilemparkan saat sampai di Mina untuk melampiaskan kebencian dan kemarahan terhadap setan yang sering mengganggu dan menggoda manusia.
Demikian, arti dari beberapa rukun haji yang dapat dipaparkan, semoga dapat menjadi bekal kita ketika kelak berhaji sehingga dapat menjiwai makna dari tiap runkunnya saat beribadah haji.

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan