Struktur Manusia berupa Ruh
Unsur ketiga dalam diri insan (manusia) adalah yang disebut dengan ruh. Jamaknya, disebut arwah ruh yang banyak. Ruh ini berasal dari yang Maha Hidup, yang ditiupkan-Nya ke Adam a.s. sehingga jasadnya menjadi hidup. Jika nafs dan para malaikat berasal dari alam malakut, ruh berasal dari alam yang lebih tinggi, yaitu alam jabarut, atau alam arwah. Alam jabarut ini adalah alam yang paling dekat dengan Allah Ta’ala.
Ruh adalah daya hidup. Dan jika diibaratkan ruh adalah api, cahaya apinya saja pun sudah menghidupkan jasad, alih-alih apinya. Ruh berasal dari Allah, dan pasti akan kembali pada-Nya. Dengan demikian, ungkapan “semoga arwahnya (arwah: jamak dari “ruh”) diterima Allah” ketika seseorang meninggal dunia adalah tidak tepat, sebab ruh berasal dari Allah dan pasti akan kembali kepada-Nya. Yang seharusnya didoakan ketika meninggal adalah jiwa (nafs), bukan ruh, karena jiwa lah yang akan menempuh perjalanan berikutnya, dan harus mempertanggungjawabkan semua yang dia lakukan di dunia.
Nafakh Ruh
Ruh yang menghidupkan, yang biasa kita sebut dengan ruh saja, sebenarnya adalah nafakh ruh. Secara harfiah, nafakh ruh berarti “ruh tiupan”—ruh yang ‘ditiupkan’ Allah ta’ala pada jasad Adam a.s. Ia adalah ruh yang menghidupkan jasad.
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh dari-Nya (nafakha fihi min Ruhi), dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. – Q.S. As-Sajdah [32]: 9
Ruh Al-Amin
Ruh Al-Amin adalah gelar yang dinisbatkan kepada malaikat Jibril a.s. Malaikat Jibril a.s. adalah termasuk malaikat yang telah diperkuat Allah Ta’ala dengan Ruhul-Qudus di dalam dirinya. Ruh Al-Amin, sebagaimana para malaikat lainnya, berasal dari alam malakut—alamnya para malaikat dan jiwa-jiwa yang suci. Kedudukan Jibril a.s. diantara para malaikat adalah seperti kedudukan Rasulullah SAW diantara para manusia.
Ruhul-Qudus
Ruhul-Qudus adalah esensi ruh insan yang paling murni dan paling suci, yang hadir ke dalam diri insan sebagai pembawa kabar dan pengetahuan-pengetahuan ilahiah di dalam diri. Jika tadi dikatakan bahwa cahaya api ruh telah menghidupkan jasad, Ruhul-Qudus adalah apinya, sumber cahaya dari cahaya ruh yang menghidupkan tersebut.
Ia berasal dari alam Jabarut—alam yang terdekat dengan Allah ta’ala, berbeda dengan Ruhul Amin yang berasal dari alam Malakut.
Jika manusia biasa hanya menerima cahaya apinya saja, maka ruh ini—apinya, sumber cahanyanya—hanya dianugerahkan pada hamba-hamba Allah yang telah berhasil menyucikan nafs-nya ke tingkatan nafs muthma’innah. Mereka yang dianugerahi Ruhul-Qudus berperan sebagai cahaya Allah bagi alam semesta sekelilingnya.
Ruhul-Qudus adalah kuasa Allah ta’ala yang dianugerahkan pada hamba-hamba yang telah berhasil mengenali dirinya dan tujuan penciptaannya. Kuasa Allah, atau—qudrah Allah—ini adalah untuk menguatkan si hamba dalam melaksanakan tujuan penciptaannya, melaksanakan misi hidupnya.
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: "Ruhul-Qudus menurunkan itu dari Rabb-mu dengan Al-Haqq, untuk mengokohkan orang-orang beriman, lagi menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".- Q. S. An-Nahl [16] : 102
Seorang manusia dianugerahi Ruhul-Qudus untuk memperkuatnya dalam melaksanakan titah Rabb-nya, atau amr Rabb-nya. Dalam Al-Qur’an, Ruhul-Qudus ini disebut juga dengan Ruh min amri Rabbi yang berarti ‘ruh yang berasal dari amr Rabb’. Amr bermakna ‘urusan’, ‘mandat’ atau ‘titah’.
Melalui anugerah Ruhul-Qudus ini seorang manusia akan memahami hakikat terdalam makna-makna batin Al-Qur’an, dan memahami ayat-ayat Allah di seluruh penjuru ufuk alam semesta, maupun di dalam diri manusia sendiri (lihat Q. S. Fushshilat [41] : 53). Dengan menyaksikan dengan sebenar-benarnya bahwa segala sesuatu adalah ayat Allah, maka seorang manusia—diperkuat oleh Ruhul-Qudus—pun menjadi saksi Allah (syuhada) secara hakiki.
Ruhul-Qudus adalah anugerah tertinggi yang bisa diterima seorang manusia. Ketika pengetahuan-pengetahuan ilahiyah yang tinggi tidak dimiliki manusia dan alam semesta, kehadiran Ruhul-Qudus inilah yang menjadikan seorang manusia menjadi sumber cahaya bagi alam semesta di sekitarnya—seseorang yang dianugerahi Ruhul-Qudus kerap disimbolkan dengan matahari atau api yang meliputi kepala—karena ia memahami ilmu-ilmu yang terdalam dan tertinggi langsung dari sisi Allah ta’ala.
Hanya sedikit pengetahuan tentang Ruhul-Qudus atau ruh min amr (ruh dari amr Rabb) ini yang dibuka kepada manusia, kecuali bagi hamba-hamba yang dianugerahi ruh ini oleh Allah. Sebagaimana firman Allah,
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh dari amr Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. - Q. S. Al-Isra [17] : 85

Mau donasi lewat mana?
REK (90000-4648-1967)
Gabung dalam percakapan